Ide-Ide Terobosan di Masa Sulit

Oleh Dahlan Iskan

Senin, 28 September 2015 – 05:26 WIB

jpnn.com - PELAKU ekonomi biasanya memanfaatkan masa sulit untuk konsolidasi. Pabrik ditutup untuk dilakukan perbaikan dan perawatan mesin. Daripada terus berproduksi, tapi rugi karena sulit menjual.

Karyawan dikerahkan untuk perbaikan lingkungan. Atau dididik ulang. Atau diberi keterampilan yang berbeda. Daripada pura-pura sibuk. Beruntung sekali bagi pengusaha yang bisnisnya tahan krisis atau bahkan antikrisis.

BACA JUGA: Seribu Alhamdulillah dan Membuat Satu Langkah

Negara pun begitu. Banyak yang bisa kita kerjakan di masa sulit ini. Daripada berantem. Proyek-proyek infrastruktur adalah bentuk kegiatan yang tepat di masa konsolidasi.

Proyek infrastruktur adalah proyek yang nyaris tidak memerlukan barang impor. Bahkan bisa membantu menghidupi beberapa industri yang sangat sulit. Misalnya industri baja.

BACA JUGA: Egois Dua Tahun untuk Mendung Tebal

Mereka mau memberi harga lebih murah. Atau memberikan sistem pembayaran yang longgar. Penyerapan tenaga kerja proyek infrastruktur juga besar. Manfaatnya pun luar biasa. Terutama saat kita kembali melakukan start nanti.

Memang kadang kita harus mengelus dada. BUMN harus membeli izin proyek jalan tol yang lama digantung. Pemilik izin bisa menjual izin dengan harga mahal.

BACA JUGA: Masa Denial yang Mestinya Bisa Dilewati

Sungguh bisnis yang sangat enak. Mereka dapat izin membangun jalan tol. Sudah bertahun-tahun tidak dilaksanakan. Kini negara terdesak untuk melaksanakan. Tidak berani mencabut izin tersebut.

Itulah kenyataan hidup. Ada yang di masa sulit ini bisa memanfaatkan posisinya yang seperti itu. Negara terpaksa mengambil alihnya. Sebab, izin tersebut adalah izin infrastruktur yang vital.

Infrastruktur yang kalau selesai dikerjakan dengan cepat bisa mengurangi biaya logistik. Dus, mutlak harus kita percepat. Meskipun dalam hati ini menyumpah: kok enak ya mereka itu?

Dalam masa sulit ini infrastruktur harus dikebut. Terutama yang secara ekonomis bisa mandiri. Tidak perlu APBN. Kredit bank bisa lebih fokus ke arah ini. Toh kredit tersebut cukup aman. Kalau bisa, saat ekonomi pulih nanti, dua tahun lagi, infrastruktur tersebut sudah jadi.

Demikian juga di bidang energi. Kita punya bom waktu yang kurang kita sadari. Saat kita melarang ekspor ore (tanah yang mengandung bijih nikel) tahun lalu, bayangan kita sangat indah.

Kita larang ekspor bahan baku. Harus kita olah sendiri. Maka akan segera dibangun pabrik-pabrik peleburan (smelter) nikel di dalam negeri. Lalu kita bisa segera ekspor bahan setengah jadi. Kelihatannya ideal dan beres.

Dan memang sudah mulai banyak pengusaha yang membangun smelter. Tapi, pabrik yang dibangun itu jenis yang memerlukan bahan bakar coking coal. Batu bara jenis khusus dengan kalori di atas 7.000. Batu bara itu pun harus memiliki kandungan yang sangat khusus: sulfurnya maupun ash-nya.

Ternyata kita tidak punya jenis batu bara ini. Indonesia memang penghasil utama batu bara dunia, tapi tidak memiliki tambang coking coal. Saya dengar ada sedikit di Kalteng, namun belum ekonomis ditambang.

Walhasil, kalau semua smelter nikel itu nanti mulai berproduksi, kita harus impor batu bara jenis coking coal dalam jumlah besar. Dari Tiongkok atau dari Australia. Sekali lagi kita terbelit dolar. Mau ekspor untuk mendapat dolar, namun harus impor yang memakan dolar.

Padahal, biaya bahan bakar tersebut mencapai sedikitnya 40 persen dalam struktur biaya smelter nikel. Dari komposisi seperti itu terlihat bahwa pada dasarnya bahan baku smelter ternyata bukan ore. Melainkan coking coal. Ini yang kurang kita pikirkan. Dan kini menggelisahkan.

Karena itu, lewat tulisan ini saya mengundang lima orang ahli konversi energi. Atau siapa saja yang memiliki kemampuan "menciptakan" coking coal ini. Mari kita membuat dan memproduksi coking coal di dalam negeri. Hubungi saya di disiskan@gmail.com.

Maafkan, tolong hanya yang merasa memiliki kemampuan di bidang ini yang mengirim e-mail ke alamat itu. Mari kita diskusi. Kita pecahkan persoalan ini. Kita rancang sebuah pabrik pembuat coking coal. Untuk mencukupi kebutuhan smelter kita.

Kalau bisa memecahkan persoalan coking coal ini, kita akan memiliki kenangan yang bersejarah. Berkat kesulitan ekonomi kita melahirkan terobosan yang bermanfaat. Adakah ide lain untuk membuat terobosan di bidang lain di masa sulit ini? (*)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Setiap Kesulitan Punya Jalan Keluar


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler