JAKARTA – Polisi kembali harus bekerja keras mengungkap identitas pelaku bom bunuh diri di Mapolres Poso, Sulawesi Tengah. Hasil tes DNA empat orang yang mengaku kerabat pelaku negatif. Artinya, mereka bukanlah keluarga si pelaku. Identitas pelaku yang sempat disebut oleh keempat orang tersebut juga gugur.
Informasi yang dihimpun Jawa Pos, hasil tes DNA keempat orang yang mengaku kerabat pelaku sudah keluar Kamis (13/6) lalu. Seluruhnya negatif, termasuk dua orang yang mengaku sebagai orang tua pelaku, yakni Muhammad Ilyas dan Siti Nur Alam, warga Labuan, Poso. Hanya saja, Mabes Polri belum memberikan konfirmasi resmi soal hasil tes DNA tersebut.
Kabagpenum Mabes Polri Kombespol Agus Rianto menyatakan, pihaknya belum bisa memastikan hasil tes DNA terhadap keempat orang tersebut. Meskipun, sampel DNA sudah diambil seminggu lalu. Mabes Polri menyatakan tes DNA hanya butuh waktu beberapa hari.
Begitu pula dengan perkembangan terakhir penyergapan terduga teroris yang berujung tewasnya Udin, salah satu terduga teroris yang disebut-sebut pemasok logistik kelompok Santoso. ’’Kami belum dapat informasi soal itu, nanti akan kami telusuri dulu dengan teman-teman yang ada di Poso’’ ujarnya, Sabtu (15/6).
Saat ini, yang sudah hampir dapat dipastikan adalah motor yang digunakan pelaku merupakan hasil curian. Penyebabnya tidak lain bekas kikiran di nomor rangka dan mesin motor tersebut. Sedangkan untuk identitas pelaku hingga kini masih gelap menyusul hasil negatif tes DNA.
Tanda-tanda jika hasil tes DNA tersebut negatif sudah tampak sejak Ilyas dan Siti diperlihatkan jenazah pelaku di RS Bhayangkara Palu. Saat diperlihatkan, keduanya tidak lagi mengakui si pelaku sebagai keluarganya. Mereka justru balik menyangkal.
Padahal, saat melapor ke polisi, Ilyas mengatakan jika ciri-ciri fisik pelaku mirip Wawan, putera mereka yang tujuh bulan terakhir putus kontak dengan keduanya. Namun, karena sampel DNA terlanjur masuk laboratorium forensik, pemeriksaan tetap dilanjutkan meski akhirnya membuahkan hasil negatif.
Agus menambahkan, saat ini pihaknya menjalin kerja sama dengan sejumlah instansi terkait untuk menangani cybercrime yang motifnya untuk mendanai aksi teror. ’’Kami lebih pada pencegahan agar tidak terjadi kejahatan,’’ tambahnya. Menurut dia, yang diutamakan adalah pencegahan. Sementara, penegakan hukum menjadi langkah terakhir. (byu)
Informasi yang dihimpun Jawa Pos, hasil tes DNA keempat orang yang mengaku kerabat pelaku sudah keluar Kamis (13/6) lalu. Seluruhnya negatif, termasuk dua orang yang mengaku sebagai orang tua pelaku, yakni Muhammad Ilyas dan Siti Nur Alam, warga Labuan, Poso. Hanya saja, Mabes Polri belum memberikan konfirmasi resmi soal hasil tes DNA tersebut.
Kabagpenum Mabes Polri Kombespol Agus Rianto menyatakan, pihaknya belum bisa memastikan hasil tes DNA terhadap keempat orang tersebut. Meskipun, sampel DNA sudah diambil seminggu lalu. Mabes Polri menyatakan tes DNA hanya butuh waktu beberapa hari.
Begitu pula dengan perkembangan terakhir penyergapan terduga teroris yang berujung tewasnya Udin, salah satu terduga teroris yang disebut-sebut pemasok logistik kelompok Santoso. ’’Kami belum dapat informasi soal itu, nanti akan kami telusuri dulu dengan teman-teman yang ada di Poso’’ ujarnya, Sabtu (15/6).
Saat ini, yang sudah hampir dapat dipastikan adalah motor yang digunakan pelaku merupakan hasil curian. Penyebabnya tidak lain bekas kikiran di nomor rangka dan mesin motor tersebut. Sedangkan untuk identitas pelaku hingga kini masih gelap menyusul hasil negatif tes DNA.
Tanda-tanda jika hasil tes DNA tersebut negatif sudah tampak sejak Ilyas dan Siti diperlihatkan jenazah pelaku di RS Bhayangkara Palu. Saat diperlihatkan, keduanya tidak lagi mengakui si pelaku sebagai keluarganya. Mereka justru balik menyangkal.
Padahal, saat melapor ke polisi, Ilyas mengatakan jika ciri-ciri fisik pelaku mirip Wawan, putera mereka yang tujuh bulan terakhir putus kontak dengan keduanya. Namun, karena sampel DNA terlanjur masuk laboratorium forensik, pemeriksaan tetap dilanjutkan meski akhirnya membuahkan hasil negatif.
Agus menambahkan, saat ini pihaknya menjalin kerja sama dengan sejumlah instansi terkait untuk menangani cybercrime yang motifnya untuk mendanai aksi teror. ’’Kami lebih pada pencegahan agar tidak terjadi kejahatan,’’ tambahnya. Menurut dia, yang diutamakan adalah pencegahan. Sementara, penegakan hukum menjadi langkah terakhir. (byu)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Usung Wanita Jangan Hanya Demi Kuota
Redaktur : Tim Redaksi