Idrus Marham Mengajak Masyarakat Hilangkan Syak Wasangka Setelah Pilpres 2024

Jumat, 23 Februari 2024 – 16:43 WIB
Politikus Partai Golkar Idrus Marham mengajak semua masyarakat Indonesia menghilangkan syak wasangka setelah Pilpres 2024. Foto: Ricardo/JPNN.Com

jpnn.com, JAKARTA - Politikus Partai Golkar Idrus Marham mengajak semua masyarakat Indonesia menghilangkan syak wasangka setelah Pilpres 2024.

Hal ini disampaikannya merespons saat ini banyak indikasi syak wasangka di tengah masyarakat terkait penyelenggaraan pesta demokrasi lima tahunan itu.

BACA JUGA: Pakar: Hak Angket untuk Mengawasi, Bukan Menggagalkan Pemilu

Dia mengingatkan selain tidak baik, syak wasangka dapat mengganggu roda pemerintahan.

Sekretaris TKN Prabowo-Gibran itu melihat syak wasangka tidak bisa memberikan bobot positif, baik itu secara perorangan maupun masif.

BACA JUGA: Hak Angket Dianggap Sebagai Manuver Untuk Mendelegitimasi Hasil Pemilu

“Jika ditilik dari sisi agama, bersyak wasangka jelas dilarang. Iya cenderung disebut penyakit hati, masuk dalam keluarga besar sifat su'udzon,” kata Idrus Marham kepada wartawan, Jumat (22/2).

Idrus Marham lantas merujuk Al-Qur'an surat Al-Hujurat ayat 12 yang berbunyi 'Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa, dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain, dan janganlah ada di antara kamu sekalian yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kalian yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kalian merasa jijik. Dan bertakwalah kepada Allah, sungguh Allah Maha Penerima Taubat, Maha Penyayang.’

BACA JUGA: Dugaan Kecurangan Pemilu, Ada Manipulasi Suara Modus Begini di Jember, Oalah

Secara harfiah, lanjut Idrus, jelas syak wasangka tidaklah dianjurkan.

Bahkan dalam hadist Al Bukhari, yaitu ‘Jauhilah prasangka buruk, karena prasangka buruk adalah ucapan yang paling dusta.’

“Sebegitu jelas dan tegasnya hukum bersyak wasangka,” tambahnya.

Lebih lanjut mantan Sekjen Partai Golkar itu juga menyampaikan syak wasangka muncul karena mengedepankan kasus-kasus yang cenderung bersinggungan dengan 'logika rasa' dari banyak orang, seperti kekhawatiran yang besar cenderung mencaplok yang kecil, kuat menindas yang lemah, dan seterusnya.

Merembet sampai ke ruang rasa dizalimi, dicurangi, dan seterusnya.

“Akibatnya, tanpa disadari, syak wasangka cenderung berubah bentuk menjadi logika pelarian atas sebuah ketidakberdayaan,” terangnya.

Meski terlihat subjektif, lanjut dia, syak wasangka seperti bola salju.

Menyebar ke hampir semua lini kehidupan, karenanya tidak heran sifat ini bertaburan di ruang sejarah, ruang perekonomian, sosial budaya, agama, apalagi politik.

Dalam kitabnya yang berjudul 'The Paranoid Style in American Politics' terbit tahun 1964, lanjut Idrus, Hofstadter membahas urusan syak wasangka dan paranoid dalam politik Amerika dan memakmurkan permusuhan.

“Syak wasangka juga potensial membesar besarkan pepesan kosong, atau merekayasa hayalan tentang adanya, konspirasi besar yang bertujuan menghancurkan nilai-nilai atau institusi yang dianggap penting,” terang Idrus mengutip pernyataan Hofstadter.

Saat ini, syak wasangka punya daya retas yang dahsyat yang mudah menyebar dan diyakini.

Sampai-sampai orang orang yang menciptakan prasangka pun yakin kalau prasangka imaginernya adalah kebenaran obyektif.

“Pada skala skala kecil, syak wasangka adalah bumbu sosial yang biasa dan bisa dilakukan oleh orang-orang biasa,” ungkapnya.

Idrus mencontohkan perang saudara antara suku Hutu dan Tutsi di Rwanda yang menggasak lebih dari 20 persen nyawa warga negaranya berawal dari syak wasangka.

Alhasil, tidak berlebihan jika syak wasangka dijuluki bola liar yang sadis.

Melihat kondisi sehabis Pemilu 2024, Idrus menilai banyak orang harus sadar diri.

“Yang menang jangan sampai lupa diri, mabuk kemenangan, sehingga memancing syak wasangka, dan yang kalah jangan sampai larut dalam jeratan syak wasangka sehingga tanpa sadar mengalirkan segala pikiran jernihnya,” pesannyaa.

Karena itu, dengan segala fenomena ini, dia menyarankan semua orang untuk terus berpikir positif.

"Apalagi ini habis pemilu, habis hajat besar yang di dalamnya ada kontestasi besar. Semua harus sadar diri. Yang menang jangan sampai lupa diri, mabuk kemenangan, sehingga memancing syak wasangka. Bagi yang kalah jangan sampai larut dalam jeratan syak wasangka sehingga tanpa sadar mengalirkan segala pikiran jernihnya ke arus syak wasangka," pesannya.

Idrus mencontohkan syak wasangka terhadap quick count hasil Pemilu 2024 kini sudah merembet kemana-mana.

"Bukankah banyak yang tergoda membaca hasil pemilu berdasarkan syak wasangka?" katanya.

Baru-baru ini Presiden Joko Widodo bersilaturahmi dengan Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh, Idrus pun tak ingin pertemuan tersebut dipandang syak wasangka.

"Yang saya risaukan, jangan sampai sehabis pilpres dan pileg, kita justru disandera oleh syak wasangka di sana sini. Apalagi kalau sampai mendominasi alam pikiran anak bangsa?," pungkas Idrus Marham. (mar1/jpnn)

Yuk, Simak Juga Video ini!


Redaktur & Reporter : Sutresno Wahyudi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler