IHSG Berpotensi Naik di Awal Pekan

Senin, 11 Agustus 2014 – 05:15 WIB

jpnn.com - JAKARTA - Potensi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berbalik menguat di awal pekan terbuka seiring mulai datangnya sentiment positif terutama dari bursa saham Amerika Serikat (AS). Akhir pekan kemarin IHSG ditutup turun 13,218 poin (0,261 persen) ke level 5.053,760.

Head of Technical Research PT Trust Securities, Reza Priyambada, memerkirakan pada Senin ini IHSG akan berada pada rentang support 5.035-5.044 dan resistance 5.067-5.087. Laju IHSG menurutnya mampu bertahan untuk tidak masuk pada kisaran target support (5.025-5.035) dan sempat berada di kisaran target resistance (5.075-5.095) meski akhirnya ditutup di bawahnya seiring kembali maraknya aksi jual.

BACA JUGA: Pelni Peringatkan Penumpang Bandel

"Masih silih bergantinya sentimen negatif membuat IHSG sulit untuk rebound. Namun potensi pelemahan lanjutan bisa saja tertahan jika pelaku pasar memanfaatkan pelemahan tersebut untuk buy on weakness," ungkapnya, Minggu (9/8).

Aksi beli sangat mungkin terjadi di awal pekan ini memanfaatkan momen positif dari hijaunya bursa saham AS pada akhir pekan kemarin. Penguatan Wall Street cukup signifikan; Indeks S&P 500 naik 22,02 poin (1,15 persen) ke level 1.931,59, indeks Dow naik 185,66 poin (1,13 persen) ke level 16.553,93, dan Nasdaq naik 35,93 poin (0,83 persen) ke level 4.370,90.

BACA JUGA: Sudah Terbang 30 Menit, Lion Air Balik ke Bandara

Reza mengatakan kenaikan bursa saham AS seiring dengan mulai redanya ketegangan di Ukraina dan Rusia serta rilis kenaikan nonfarm productivity yang dibarengi dengan rilis beberapa kinerja emiten yang dapat melampaui estimasi antara lain Gap Inc., Coach Inc., Nvidia Corp., dan beberapa lainnya.

"Sentimen dari potensi agresi militer AS ke Irak sementara dapat tertutupi oleh sentimen-sentimen positif tersebut. Apalagi juga diimbangi dengan turunnya index VIX," kata dia.

BACA JUGA: Bursa Indonesia Ranking Dua

Sementara itu, masih adanya imbas dari pelemahan sejumlah mata uang emerging market setelah nilai tukar Euro melemah jelang rapat European Central Bank (ECB) ditambah lagi cenderung melemahnya data-data ekonomi di benua biru, serta kekhawatiran invasi Rusia ke Ukraina membuat laju Rupiah pun ikut terimbas melemah.

"Apalagi laju USD (dolar AS) masih memanfaatkan kondisi tersebut untuk menguat sehingga menambah tekanan bagi Rupiah," terusnya.

Di luar itu, sentiment lain perlu diwaspadai adalah gerakan terorisme. Gencarnya pemberitaan akan gerakan ISIS yang meluas di sejumlah wilayah di Timur Tengah dinilai sebagai gerakan terorisme dan akan memicu AS untuk melakukan serangan militernya.

"Pelaku pasar mengkhawatirkan akan kembali melonjaknya harga minyak dan USD. Penguatan bursa saham Asia hanya terjadi di China kecuali Hong Kong setelah rilis kenaikan neraca perdagangannya," ucap Reza.

Pelaku pasar di bursa Eropa juga dinilai turut merespon negatif langkah AS melalui Presiden Obama yang terindikasi memberikan persetujuan militernya untuk menyerang wilayah-wilayah Irak yang diyakini dijadikan basis perkumpulan ISIS. "Turunnya balance of trade dan current account Jerman dari rilis sebelumnya lalu membesarnya defisit neraca perdagangan Inggris menambah sentimen negatif dan menutupi sentimen positif dari kenaikan tipis industrial production Perancis," imbuihnya.(gen)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Cepat Lunasi Pinjaman, Garuda Dapat 6 Pesawat


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler