jpnn.com - JAKARTA – Indeks harga saham gabungan (IHSG) melanjutkan pergerakan di zona hijau. Usai menguat di sepanjang perdagangan, IHSG akhirnya ditutup naik 40,521 poin (0,78 persen) ke level 5.246,133 dan indeks LQ45 menguat 8,743 poin (0,97 persen) ke level 910,984 sore ini (13/5).
Frekuensi transaksi perdagangan saham reguler hari ini (13/5) mencapai 289.667 kali dengan volume 4,856 miliar saham atau Rp 5,304 triliun. Sebanyak 192 saham naik, 128 saham turun, dan selebihnya stagnan.
BACA JUGA: Market Sulit Ditebak, Strategi Terbaik Trend Following
Saham-saham berhasil naik dengan nilai tertinggi (top gainers) antara lain, Astra Agro (AALI) naik 1.250 (5,69 persen) ke level 25.525. Siloam Hospitals (SILO) naik 650 (4,65 persen) ke level 14.625. Matahari Department Store (LPPF) naik 450 (2,73 persen) ke level 16.950. Indofood (INDF) naik 250 (3,61 persen) ke level 7.175.
Sebaliknya, saham-saham dengan penurunan nilai paling dalam (top losers) di antaranya, Maskapai Reasuransi (MREI) turun 850 (24,96 persen) menjadi 2.555. Duta Pertiwi (DUTI) turun 700 (11,29 persen) menjadi 5.500. Samudera Indonesia (SMDR) turun 425 (4,25 persen) menjadi 9.575. Blue Bird (BIRD) turun 300 (3,35 persen) menjadi 8.650.
BACA JUGA: IHSG Gagal Berakhir di Level Resistance
Tim Analis PT Valbury Asia Securities mencatat berbagai sentimen mewarnai pergerakan bursa saham hari ini. Salah satunya terkait resiko Yunani dan kenaikan suku bunga The Fed yang masih menghantui sentimen pasar global. ”Tentunya, ini dapat berimbas bagi pasar saham Indonesia. Yunani masih dipenuhi ketidakpastian walau pemerintahan Yunani telah membayarkan cicilan 750 juta euro kepada IMF,” ujarnya, hari ini.
Investor Eropa mengkhawatirkan Yunani tidak mampu membayarkan cicilan yang jatuh tempo beberapa bulan mendatang, termasuk sekitar Euro 2 miliar kepada IMF dan hampir Euro 7 miliar kepada European Central Bank (ECB).
BACA JUGA: Aksi Beli Investor Dalam Negeri Angkat IHSG
Dari Amerika Serikat (AS), kenaikan suku bunga telah banyak disuarakan oleh para pejabat The Fed. Itu juga menjadi perhatian pelaku pasar. The Fed mengatakan akan menaikan suku bunga acuan ketika terjadi perbaikan lebih lanjut di dalam pasar kerja dan inflasi kembali ke level 2 persen.
Presiden Bank Federal Reserve New York William C. Dudley mengatakan meskipun waktunya masih belum pasti, kenaikan suku bunga pertama kalinya akan mengantarkan ke pergeseran rezim yang akan menggerakan pasar keuangan jika hal itu dilakukan.
Sebagian ekonom dalam survei Bloomberg pada akhir bulan lalu memerediksi bank sentral akan mulai pengetatan di September. Kondisi atas perlambatan ekonomi global, IMF mendesak sejumlah negara Eropa tengah, timur dan tenggara untuk mengadopsi kebijakan yang mendorong permintaan domestik dan mengurangi utang sektor swasta yang berlebihan.(jawapos)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Menteri BUMN Copot Budi dan Budhi dari Direksi PT Pos Indonesia
Redaktur : Tim Redaksi