jpnn.com, JAKARTA - Indeks harga saham gabungan (IHSG) berhasil rebound 74,75 poin atau 1,17 persen ke level 6.433,02 dalam sesi perdagangan Kamis (8/3).
Meski begitu, investor asing melanjutkan aksi jual bersih (nett sell) sebesar Rp 170,49 miliar.
BACA JUGA: Capital Outflow Bakal Berlangsung Hingga Pertengahan Tahun
Jika diakumulasikan, net sell asing sejak Jumat (2/3) tercatat Rp 4,26 triliun.
Pergerakan indeks yang menghijau tersebut sejalan dengan bursa Asia dan regional yang rata-rata juga keluar dari zona merah.
BACA JUGA: Rupiah Lemah, Cadangan Devisa Bisa Ambruk
”Pelaku pasar masuk lagi setelah indeks menurun sehari sebelumnya. Kenaikan peringkat sovereign credit rating (SCR) Indonesia dari BBB- dengan outlook positif menjadi BBB dengan outlook stabil oleh Rating and Investment Information Inc (R&I) secara umum membuktikan kondisi makroekonomi masih stabil,” kata analis Binaartha Sekuritas M. Nafan Aji Gusta, Kamis (8/3).
Di sisi lain, rupiah justru kembali merosot. Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) kemarin ditutup di level Rp 13.774 per dolar AS (USD) atau, menurun 0,08 persen secara harian.
BACA JUGA: IHSG Anjlok, Rupiah Melemah
Di pasar spot, rupiah bahkan berada di level Rp 13.816. Rupiah diperdagangkan di kisaran Rp 13.759 hingga Rp 13.816 per USD.
Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BCA) Jahja Setiaatmadja mengungkapkan, rupiah melemah dua kali (double).
Sebab, USD memang menguat. Namun, terhadap yen dan euro, USD sebetulnya melemah.
Artinya, mata uang yang terdepresiasi terhadap USD pada dasarnya mengalami pelemahan yang lebih dalam.
Kondisi rupiah yang cukup volatil itu akan berdampak terhadap keputusan calon investor.
Baik investasi di portofolio maupun foreign direct investment (FDI).
Sebab, investor ingin melihat ketahanan Indonesia dari berbagai sentimen di pasar keuangan.
”Kalau dampak langsung ke perbankan, saya rasa tidak ada. Namun, kalau kepada nasabah yang eksportir, importir, ya ada selama dia tidak ikut hedging (lindung nilai),” jelas Jahja..
Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus D.W. Martowardojo mengatakan, pihaknya berhati-hati merespons dinamika pergerakan nilai tukar rupiah yang sedang berlangsung.
Tujuannya, memastikan stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan tetap terjaga.
Dinamika nilai tukar rupiah saat ini merupakan dampak langsung dari kondisi ekonomi global yang terus mengalami pergeseran.
”BI meyakini bahwa dengan ketahanan perekonomian Indonesia saat ini, yang didukung oleh jalinan koordinasi BI dan pemerintah yang semakin kuat, perekonomian Indonesia mampu menghadapi tantangan dari berbagai pergeseran ekonomi global tersebut,” ujar Agus. (rin/c6/fal)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Makin Terpuruk, Rupiah Terlemah Sejak Setahun Terakhir
Redaktur & Reporter : Ragil