Ikhtiar Alsyami demi Cegah Indonesia Hancur Seperti Suriah

Jumat, 02 November 2018 – 21:21 WIB
Seminar kebangsaan bertitel Jangan "Suriahkan Indonesia...!" yang digelar Ikatan Alumni Syam Indonesia (Alsyami) di Jakarta, Kamis (1/11). Foto: Alsyami for JPNN

jpnn.com, JAKARTA - Ikatan Alumni Syam Indonesia (Alsyami) mengajak seluruh pihak menentang segala upaya yang berpotensi membuat Indonesia hancur seperti Suriah. Menurut Sekretaris Jenderal Alsyami M. Najih Arromadloni, hal yang harus dihindari adalah penggunaan agama untuk politik.

“Hal paling fundamental agar Indonesia tidak jatuh ke dalam kondisi seperti Suriah adalah dengan tidak memolitikkan agama,” ujar Najih, Jumat (2/11).

BACA JUGA: Simak Kata JK soal Bendera Tauhid

Sebelumnya, Alsyami menggelar seminar kebangsaan bertitel Jangan Suriahkan Indonesia...! yang digelar Kamis (1/11). Seminar itu menghadirkan Mufti Damaskus Syaikh Adnan al-Afyoun, Duta Besar RI untuk Suriah Djoko Harjanto, Dubes Suriah untuk RI, pengurus Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Suriah, serta mantan petinggi Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Dr. Ainur Rofiq.

Najih mengatakan, seminar itu sebagai ikhtiar Alsyami untuk menangkal pihak-pihak yang berupaya menjadikan Indonesia seperti Suriah. Najih merasa lega karena seminar itu memperoleh sambutan positif secara luas.

BACA JUGA: Advokat Bela Tauhid Laporkan Abu Janda ke Bareskrim

Bahkan, tagar #JanganSuriahkanIndonesia menjadi top trending topic di Twitter. Najih pun meyakini ikhtiar Alsyami itu akan membuat masyarakat Indonesia kian menyadari pentingnya mencegah penggunaan agama untuk politik.

“Karena banyak yang gemar menggunakan mimbar masjid untuk hujatan politik. Bahasa dan simbol agama memang efektif untuk mengelabui masyarakat,” kata Najih.

BACA JUGA: Polri Bantah Ada Penurunan Bendera Merah Putih di DPRD

Dosen ilmu hadis itu lantas mencontohkan berbagai klaim belakangan ini yang menyebut bendera bertuliskan tauhid sebagai panji Rasulullah. Menurutnya, klaim itu merupakan propaganda belaka karena tak didukung teks Alquran maupun hadis.

“Dengan kata lain klaim tersebut adalah propaganda palsu, karena tauhid adalah untuk diinternalisasi dalam hati dan diejawantahkan dalam perilaku akhlak yang luhur, bukan untuk bendera,” katanya.

Najih menambahkan, pengalaman di Suriah membuktikan instabilitas akan mengundang pihak luar untuk masuk, menyusup dan menunggangi. Ketika kekacauan sudah membesar, katanya, maka akan sulit dipadamkan, sebagaimana Suriah yang delapan tahun hidup dalam kekacauan.

Lebih lanjut Najih mengatakan, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) ibarat sajadah warisan para ulama. “Karena itu, menjaga negara adalah bagian pokok dari menjaga agama,” ucapnya.

Selain itu, Najih juga mengharapkan umat Islam di Indonesia mencontoh ulama-ulama yang berperilaku seperti tuntunan Nabi. Dia lantas mencontohkan sejumlah nama ulama kondang seperti KH Maimun Zubair, KH Mustofa Bisri, Buya Syaffi Maarif, hingga Prof M Quraish Shihab.

“Mereka adalah pelita-pelita umat yang mampu menuntun perjalanan bangsa ini ke arah yang baldatun tayyibatun wa rabbun ghafur,” katanya.

Najih justru menyayangkan munculnya figur yang tiba-tiba dilabeli ustaz padahal perilakunya tak mencerminkan tuntunan Nabi. Dia meragukan keilmuan ustaz-ustaz karbitan.

“Ustaz tukang caci dan mengaku paling benar tentu bukan panutan. Cari tahu, di mana dia belajar, kepada siapa, belajar apa,” tuturnya.(jpg/ara/jpnn)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Dua Oknum Anggota Banser Resmi Tersangka Pembakar


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler