LOS ANGELES - Para Peneliti University of California, Los Angeles - UCLA menemukan adanya hubungan antara maraknya iklan makanan di luar ruangan dengan tren obesitas di masyarakat sekitarnya.
Temuan yang dipublikasikan dalam jurnal BMC Public Health itu menunjukkan bagaimana iklan promosi makanan cepat saji dan minuman ringan mempengaruhi sensus obesitas dalam kelompok masyarakat. "Semakin tinggi kemungkinan bahwa penduduk daerah lokasi iklan makanan cepat saji memiliki kelebihan berat badan," ujar Dr Lenard Lesser seperti dilansir redorbit (1/2).
Dijelaskannya, obesitas merupakan masalah kesehatan yang signifikan, sehingga kita perlu mengetahui faktor-faktor yang berkontribusi terhadap makan berlebihan dari makanan olahan. Penelitian sebelumnya menemukan bahwa iklan makanan cepat saji yang lazim muncul pada daerah berpenghasilan rendah, daerah minoritas, membuat orang-orang daerah tersebut untuk menkonsumsi makanan lebih banyak.
"Ini adalah salah satu dari studi pertama yang menunjukkan hubungan antara iklan outdoor dan obesitas," lanjutnya.
Para peneliti mengamati dua wilayah padat penduduk di Los Angeles dan New Orleans untuk penelitian, dengan fokus pada lebih dari 200 saluran sensus yang dipilih secara acak dari kedua daerah. Kemudian dengan menggunakan data pada iklan makanan di luar ruangan di daerah-daerah dari penelitian sebelumnya, dan terkait informasi itu dengan metode telepon-survei data dari studi yang sama, dengan melibatkan hampir 2.600 orang antara usia 18 dan 98.
Lesser dan rekan-rekannya menemukan semakin tinggi persentase iklan luar ruangan untuk makanan, maka semakin tinggi kemungkinan penderita obesitas di daerah tersebut. "Misalnya, dalam saluran sensus dengan sekitar 5.000 orang, jika 30 persen dari iklan outdoor merupakan untuk makanan, setidaknya bakal ditemukan 100 sampai 150 orang tambahan yang mengalami kegemukan, dibandingkan dengan saluran sensus tanpa iklan makanan dilokasinya," tegasnya.
Lebih lanjut, tim peneliti UCLA meminta agar perusahaan makanan cepat saji atau minuman ringan untuk membantu menghentikan penetrasi iklan mereka untuk membantu memerangi penyakit obesitas. (esy/jpnn)
Temuan yang dipublikasikan dalam jurnal BMC Public Health itu menunjukkan bagaimana iklan promosi makanan cepat saji dan minuman ringan mempengaruhi sensus obesitas dalam kelompok masyarakat. "Semakin tinggi kemungkinan bahwa penduduk daerah lokasi iklan makanan cepat saji memiliki kelebihan berat badan," ujar Dr Lenard Lesser seperti dilansir redorbit (1/2).
Dijelaskannya, obesitas merupakan masalah kesehatan yang signifikan, sehingga kita perlu mengetahui faktor-faktor yang berkontribusi terhadap makan berlebihan dari makanan olahan. Penelitian sebelumnya menemukan bahwa iklan makanan cepat saji yang lazim muncul pada daerah berpenghasilan rendah, daerah minoritas, membuat orang-orang daerah tersebut untuk menkonsumsi makanan lebih banyak.
"Ini adalah salah satu dari studi pertama yang menunjukkan hubungan antara iklan outdoor dan obesitas," lanjutnya.
Para peneliti mengamati dua wilayah padat penduduk di Los Angeles dan New Orleans untuk penelitian, dengan fokus pada lebih dari 200 saluran sensus yang dipilih secara acak dari kedua daerah. Kemudian dengan menggunakan data pada iklan makanan di luar ruangan di daerah-daerah dari penelitian sebelumnya, dan terkait informasi itu dengan metode telepon-survei data dari studi yang sama, dengan melibatkan hampir 2.600 orang antara usia 18 dan 98.
Lesser dan rekan-rekannya menemukan semakin tinggi persentase iklan luar ruangan untuk makanan, maka semakin tinggi kemungkinan penderita obesitas di daerah tersebut. "Misalnya, dalam saluran sensus dengan sekitar 5.000 orang, jika 30 persen dari iklan outdoor merupakan untuk makanan, setidaknya bakal ditemukan 100 sampai 150 orang tambahan yang mengalami kegemukan, dibandingkan dengan saluran sensus tanpa iklan makanan dilokasinya," tegasnya.
Lebih lanjut, tim peneliti UCLA meminta agar perusahaan makanan cepat saji atau minuman ringan untuk membantu menghentikan penetrasi iklan mereka untuk membantu memerangi penyakit obesitas. (esy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pria Lima Kali Ganti Pasangan, Perempuan Dua Kali
Redaktur : Tim Redaksi