Ilmu Rakit Bom Dari Alm Azahari

Setengah Matang Jadi Meledak Sendiri

Selasa, 25 September 2012 – 07:29 WIB
JAKARTA---Satu demi satu Densus 88 Mabes Polri berusaha mengurai kekuatan kelompok terduga teroris poros Solo-Depok. Setelah para terduga diringkus, mereka diinterogasi secara intensif.  Selain ada perananan Joko yang mantan oranmg dekat Noordin, ada juga jejak Dr Azahari.

"Teknik peracikan dan pembuatan bom-bom itu dari Dr Azahari melalui catatan yang estafet," ujar sumberJawaPos kemarin. Kelompok ini berhasil merakit bom pipa, bom koper dan bom magic jar(menggunakan penghangat nasi itu sebagai casing).

Karakter dan bomb signature jelas terlihat dari pola rakitan yang mereka buat.Bom magic jar misalnya, mirip sekali dengan bom termos khas Upik Lawanga, DPO peledakan pasar Tentena yang disebut Polri sebagai pewaris langsung ilmu perakitan bom Dr Azahari.

Upik ini licin luar biasa. Jejaknya lenyap meski berulangkali tim pengejar hampir mendapatkannya. Jejak paling dekat muncul tak berapa lama setelah peledakan GBISKepunton Solo pada 25 September  2011 lalu. Saat itu Upik sempat terendus berada di Salatiga, namun hilang lagi.

"Pengakuan dari salah satu yang kami tangkap, dia mendapatkan manual dari seseorang. Mereka berlatih itu di Poso. Orang ini mengenalkan diri sebagai Yusuf, kita duga itu Upik," tambahnya.

Manual dalam bentuk catatan tulisan tangan itu disertai dengan komposisi racikan bahan, dan isian bom untuk memaksimalkan daya rusak. "Kalau dulu mereka menggunakan gotri, sekarang lebih cenderung ke paku karena untung-untungan, paku yang terlontar  bisa kena mata atau  nadi dan sangat berbahaya," kata alumni pelatihan cybercrime Manila, Filipina ini.        

Rupanya, i"dad (latihan) mereka masih kurang matang. "Mungkin karena waktunya sempit dan dalam posisi tertekan. Akibatnya ada bom yang meledak sendiri di Beji, Depok itu," katanya. Bom pipa itu akhirnya menewaskan Wahyu Ristanto warga dusun  Banaran, Jatiyoso, Karanganyar JawaTengah.

Dari pengakuan mereka, juga terungkap, ada upaya untuk mempercepat aksi setelah Farhan cs ditangkap. "Saat adaberita di televisi yang menyiarkan penangkapan Firman di Depok , Thorik berupaya memindahkan semua logistik ke Bojonggede namun ceroboh dan diketahui warga," katanya.

Secaraterpisah, Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri Brigjen Boy Rafli mar membenarkan bahwa ada kemiripan antara bom yang ditemukan di sejumlah lokasi dengan rakitan Azahari style. "Penyidik yang terlatih sedang melakukan identifikasi secara scientific. Namun memang mirip," katanya.

Mantan anggota Satgas Bom ini menjelaskan,  dua orang yang ditangkap di Solo terpotret kamera intelijen berada di Beji Depok. "Kami bisa melakukan pembuktian bahwa kelompok Solo ini terkait dengan kelompok Depok," katanya. Saat ini, lanjutnya, beberapa orang masih dikejar. "Kita tunggu update dari penyidik, sementara itu dulu ya," tutupnya.

Di bagian lain, Neta Sanusi Pane dari Indonesia Police Watch mengkritisi Densus yang kembali melakukan salah tangkap dalam operasi di Solo. Kali ini korbannya adalah Dul Rahman, pemuda 20 tahun yang ditangkap di Solo Square Sabtu lalu. Dul Rahman saat itu sedang melakukan peliputan untuk media internal JAT. Setelah 10 jam dia dilepaskan.

"Hal semacam ini terjadi terus dan berulang-ulang. Ini memalukan , Kapolri harus meminta maaf dan menindak anggotanya yang tidak professional," katanya.

Musthofa Nahrawardaya dari Indonesian Crime Analyst Forum menilai deradikalisasi BNPT gagal total. Sebab, terbukti ada mantan napi yakni Joko Tri Pryatno yang ditangkap lagi. "Dia seorang napi yang dibebaskan 2009, bisa memiliki sebanyak itu bahan bahan bom, ini berarti program bujuk rayu deradikalisasi BNPT gagal," katanya.  

Musthofa yang juga pengurus PP Muhammadiyah itu kahawatir kinerja BNPT yang memburuk justru membuat warga antipasti terhadap setiap upaya penindakan terorisme. "Masyarakat menjadi apatis, karena aparat yang digaji negara gagal menjalankan tugasnya, termasuk dalam pengawasan," ujarnya. (rdl)



BACA ARTIKEL LAINNYA... Sekjen KPK Antar Penyidik Pulang

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler