ILO Sebut Tantangan Menegakkan K3 Meningkat Akibat Pandemi Covid-19

Kamis, 28 April 2022 – 16:58 WIB
ILO mendorong terciptanya partisipasi dan dialog sosial dalam menciptakan budaya K3 yang positif di Indonesia dalam ragka Hari K3 Sedunia. Ilustrasi: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Direktur Regional Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) Asia-Pasifik Asada Miyakawa mengatakan krisis akibat pandemi Covid-19 menciptakan banyak tantangan dalam memastikan budaya keselamatan dan kesehatan kerja (K3).

Pada Hari Keselamatan dan Kesehatan Kerja Sedunia yang diperingati setiap 28 April, ILO mendorong terciptanya partisipasi dan dialog sosial dalam menciptakan budaya K3 yang positif di Indonesia.

BACA JUGA: Peringatan Hari K3 Dunia, Ini Agenda Besar ILO dan Kemnaker

Asada menuturkan, dialog sosial antara pemerintah, organisasi pengusaha dan pekerja, dapat memainkan peran penting dalam merespons pandemi di negara dan sektor di seluruh kawasan.

Selain itu, dialog sosial juga berperan penting dalam mencapai kesepakatan tentang langkah-langkah praktis, hemat biaya dan berkelanjutan dalam melindungi pekerja dari risiko kesehatan dan keselamatan.

BACA JUGA: Kemnaker Dorong Calon Dirjen ILO Dukung Strategi Prioritas Pembangunan Indonesia

“Dialog sosial telah membangun rasa memiliki dan komitmen, membuka jalan menuju penguatan kerjasama untuk implementasi tindakan yang cepat dan efektif di setiap tingkat,” kata Asada dalam Webinar Nasional Hari Keselamatan dan Kesehatan Kerja Sedunia 2022, Kamis (28/4).

Direktur Jenderal Pengawasan Ketenagakerjaan dan K3 Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) Haiyani Rumondang menilai budaya dan sistem K3 yang baik adalah ketika dihargai, diyakini, serta didukung oleh seluruh elemen perusahaan.

BACA JUGA: Menaker: Dorong Kepentingan Indonesia Terkait Ketenagakerjaan di ILO

"Salah satu cara untuk membangun hal tersebut adalah dengan menciptakan partisipasi serta dialog sosial," beber Haiyani.

Menurut Haiyani, melalui dialog sosial maka semua pihak akan merasa memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan K3, sehingga bisa menjadi budaya yang dapat dilaksanakan di tempat kerja secara berkelanjutan.

Terlebih, lanjut dia, saat ini Indonesia dihadapkan dengan bonus demografi, sehingga dalam konteks K3, kaum muda menjadi pilar penting produktivitas yang harus dijaga.

“Data menunjukkan usia terbanyak yang mengalami kecelakaan kerja adalah kelompok usia muda 20-25 tahun. Ini memberikan sinyal bahwa usia muda berpotensi dan mungkin saya kurang mengetahui informasi mengenai K3. Diperlukan pendekatan dan sosialisasi K3 lebih intensif,” tuturnya.

Haiyani menegaskan semua pihak perlu bertanggung jawab mengawasi pelaksanaan K3, agar sistem manajemen K3 sebagaimana mandat Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 dan Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012 dapat dijalankan dan diterapkan secara efektif.

Kemudian, Spesialis K3 ILO Yuka Ujita menambahkan dialog sosial mengenai K3 perlu terus didorong, mengingat data global dari International Commission on Occupational Health (ICOH) menunjukkan bahwa setiap tahun ada 2,9 juta kematian yang disebabkan oleh kecelakaan akibat kerja.

"80 persen dari kematian tersebut karena penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan dan 20 persen karena cedera akibat kerja. Selain itu, ada 402 juta orang mengalami cedera kerja yang sifatnya non-fatal di dunia," tutur Yuka.

Yuka mengatakan juga berbagai bentuk dialog sosial yang dapat dibangun yakni melalui dialog tripartit. Kemudian, tripartit plus yakni melibatkan semua pihak seperti LSM.

Tak hanya itu, hubungan bipartit, yakni antara buruh dan manajemen atau pengusaha dan pekerja.

“Saya ingin tekankan bahwa angka kematian yang sangat besar ini, serta cidera ini, semua dapat dicegah. Kita bisa berkontribusi dari sisi pencegahan kematian atau cedera tersebut, serta penyakit yang ditimbulkan,” pungkas Yuka. (mcr10/jpnn)


Redaktur & Reporter : Elvi Robiatul

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag
ILO   K3   Kemnaker   Pandemi COVID-19   budaya k3  

Terpopuler