Imbas Demo Hong Kong: Turis Takut, Toko Sepi

Sabtu, 20 Juli 2019 – 17:50 WIB
Demonstran berhasil membobol gedung Parlemen Hong Kong, Senin (1/7). Foto: Reuters

jpnn.com, HONG KONG - Charles Kee sudah memesan tiket untuk ke Hongkong Agustus mendatang. Tapi, penduduk Singapura itu tak yakin bakal pergi atau tidak. Situasi di Hongkong masih belum tenang. Aksi massa bisa terjadi kapan saja. Kee tak ingin perjalanannya terganggu.

"Hongkong lumayan kecil. Jadi, jika turis ingin menghindari area yang mungkin dijadikan tempat protes, hanya ada sedikit hal yang bisa kami lakukan di sana," ujarnya seperti dikutip Bloomberg.

BACA JUGA: Jumat Muda

Kee bukan satu-satunya yang memiliki pemikiran seperti itu. South China Morning Post melaporkan bahwa berdasar penelitian HSBC, diperkirakan 350 ribu turis dari Tiongkok tidak akan pergi ke Hongkong tahun ini untuk menghindari terjebak di antara kericuhan aksi massa.

Hong Kong Federation of Unions menyatakan hal serupa. Yakni, terjadi penurunan 5,6 41 persen turis dari Tiongkok di bulan Juni. Biasanya per bulan ada 7.800 kunjungan dari Negeri Panda itu. Okupansi hotel juga ikut terjun bebas hingga 20 persen. Diperkirakan bulan ini penurunan okupansi malah sampai 40 persen.

BACA JUGA: Berkelit soal Surat Dukungan ke Tiongkok, Saudi Klaim Paling Peduli Nasib Muslim Dunia

BACA JUGA: Warga Hong Kong Ancam Rush Bank Tiongkok

Setali tiga uang, penelitian yang dilakukan ForwardKeys juga menemukan bahwa pemesanan tiket ke Hongkong dari negara-negara Asia turun 5,4 persen pada periode 16 Juni-13 Juli. Itu tidak termasuk dari Taiwan dan Tiongkok.

BACA JUGA: Ofo Bekas

Penurunan jumlah turis itu berdampak langsung pada bisnis. Utamanya gerai-gerai barang mewah dan bermerek. Richemont salah satunya. Perusahaan asal Swiss itu mengungkapkan bahwa selama ini Hongkong merupakan salah satu pasar utama penjualan jam tangan produksi mereka. Tapi, sejak demo menentang RUU Ekstradisi, penjualan mereka ikut terpukul.

"Penjualan di Asia-Pasifik meningkat pada trimester kedua, kecuali di Hongkong. Penurunan terjadi karena aksi massa baru-baru ini dan menguatnya dolar Hongkong." Demikian bunyi pernyataan Richemont Kamis (18/7).

Richemont bukanlah satu-satunya gerai yang mengalami kemerosotan penjualan. Keluhan yang sama dirasakan perusahaan perhiasan, jam tangan, dan parfum mewah asal Prancis Van Cleef & Arpels, Cartier, dan beberapa merek kenamaan lainnya. Semuanya mengeluhkan penurunan kunjungan turis ke Hongkong.

Industri kosmetik mengalami hal yang sama. Penjualan kosmetik milik Sa Sa International Holdings Ltd di Hongkong dan Makau pada triwulan kedua sudah turun 15,3 persen. Di periode yang sama, Chow Tai Fook Jewellery Group Ltd turun 11 persen.

Hong Kong Retail Management Association (HKRMA) mengungkapkan bahwa penjualan sebagian besar anggota mereka merosot bulan lalu . Juli-Agustus biasanya adalah musim "panen" bagi para retailer. Tapi, jika protes tetap berlangsung, diprediksi beberapa bulan ke depan terjadi penurunan hingga dua kali lipat jika dibandingkan dengan sekarang.

"Toko yang tutup tiba-tiba karena protes tidak hanya mengakibatkan penjualan menurun, tapi juga secara langsung berdampak pada penghasilan staf." Demikian bunyi pernyataan HKRMA seperti dikutip BBC.

Banyak gerai di pinggiran kota bahkan harus tutup lebih cepat dari jadwal yang seharusnya. Sebab, tidak ada pelanggan yang datang.

Hongkong adalah salah satu pusat belanja bagi orang-orang kaya di Asia. Luca Solca, analis di Sanford C. Bernsteom, mengungkapkan bahwa Hongkong menyumbang 5-10 persen penjualan barang-barang mewah secara global. (*/c10/dos)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Koko Donald


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler