Implan Satu Batang Lebih Manjur Dibandingkan IUD

Rabu, 19 Juni 2013 – 02:09 WIB
JAKARTA--Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mulai melihat efektivitas kontrasepsi implant satu batang dibandingan IUD atau spiral. Selain lebih efektif, implant satu batang proses pemasangannya lebih mudah.

Deputi Bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi BKKBN Julianto Witjaksono mengatakan, kontrasepsi berbentuk batang hanya berukuran kurang dari tiga cm ini hanya dimasukan ke dalam lapisan kulit di bagian lengan. “Ini adalah salah satu metode kontrasepsi efektif jangka panjang, implant efektif mencegah kehamilan selama kurang lebih tiga sampai lima tahun,” ungkap Julianto kepada wartawan, Selasa (18/6).

Implant sendiri adalah alat kontrasepsi yang mulai ada sejak 1967. Berbentuk seperti korek api yang di dalamnya mengandung hormone progestin. Pada 1983, implant pertama kali dipasarkan di tanah air yang terdiri dari dari enam batang.

Tahun 2000, generasi baru muncul, yakni hanya terdiri dari satu batang. Namun saat itu, harganya tergolong lebih mahal. Namun awal 2010 implan satu batang mulai dilirik karena harganya lebih terjangkau.

Dijelaskan Julianto, BKKBN tengah melakukan sinkronisasi program pencapaian pembangunan milenium (MDGs) MDGs dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJM) 2014 lewat program Keluarga Berencana (KB). BKKBN menilai, alat KB berupa pil dan suntikan sifatnya jangka pendek dan kerap gagal.
Kini hanya tersisa dua pilihan alat kontrasepsi jangka panjang, yakni implant dan IUD. Namun belakangan, IUD mempunyai kelemahan yakni, kerap terjadi perubahan lokasi atau translokasi atau keluar dari rahim. Akibatnya, walaupun peserta KB memakai IUD, kerap terjadi kehamilan.

"Karena itu implan satu batang cocok untuk kontrasepsi jangka panjang, ini lebih efektif. Tingkat kegagalan lebih sedikit dibanding IUD. Jika dipasang dengan benar, metode kontrasepsi ini memiliki efektivitas sampai 99 persen dengan tingkat kegagalan hanya 0,05 dari 100 wanita yang memakainya," beber Julianto.

Sebelumnya, Dr Sudibyo Alimoeso, Deputi Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga (KSPK) BKKBN juga menegaskan penggunaan kontrasepsi  sederhana, seperti pil, kondom, dan suntik, belum mampu menekan laju pertumbuhan penduduk.
Dalam 10 tahun terakhir, TFR (total fertility rate) masih stagnan sebesar 2,6, atau pasangan suami-istri di Indonesia rata-rata memiliki hampir tiga anak. Padahal lembaga ini menargetkan TFR dapat ditekan jadi 2,1. (Esy/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Caddy Harus Bisa Menjadi Sahabat

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler