JAKARTA--Kabar menyejukkan bagi petani. Perum Bulog akan menyerap lebih banyak gabah petani lokal, menyusul dengan habis kontrak beras impor. Itu berarti, bargaining positition petani akan semakin besar.
"Ini kabar yang menggembirakan dan memberikan apresiasi pada Bulog karena akan memperbanyak pembelian gabah dan beras petani," kata Wan Abubakar, anggota Komisi IV DPR dari Fraksi PPP dalam rapat dengar pendapat dengan Bulog, di Senayan, Senin (19/3).
Dengan penambahan kuota pembelian gabah dan beras petani, lanjutnya, selain mendongkrak kesejahteraan petani lokal, juga mengurangi ketergantungan impor beras.
"Stop impor lah, kan produksi kita banyak. Jangan karena harga pembelian pemerintah (HPP) naik dari Rp 5.060 menjadi Rp 6600 per kilo, lantas Bulog memilih membeli beras impor yang lebih murah harganya," ujarnya.
Senada itu Wakil Ketua Komisi IV DPR Firman Subagyo mengatakan, Indonesia sebenarnya sudah surplus beras, sehingga tidak perlu mengimpor lagi. "Tanpa mengimpor produksi kita sudah cukup kok. Sebagai operator paling tidak Bulog bisa memberikan masukan ke Menteri Pertanian dan Mendag kalau beras kita cukup," tandasnya.
Dirut Perum Bulog Sutarto Alimoeso mengatakan, semua kontrak impor beras dengan Thailand, Vietnam, dan India sudah tuntas. Dan sampai saat ini belum ada kebijakan baru untuk melakukan impor.
"Karena tidak ada impor beras, Bulog sekarang menggenjot produksi beras petani. Memang banyak yang kadar airnya tinggi makanya Bulog bekerja sama dengan Kementan untuk mengoptimalkan penggunaan drayer agar didapatkan beras dan gabah kadar air rendah," tuturnya.
Ditambahkannya, kebijakan impor ditempuh bila kondisinya tidak memungkinkan. Misalnya, harga beras tinggi sementara stok kurang. (esy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Tidak Tepat Sasaran, Komisi IV Usul Raskin Distop
Redaktur : Tim Redaksi