Impor Beras Distop asal Produksi Naik 5 Persen

Kamis, 06 Desember 2012 – 09:25 WIB

PENINGKATAN - produksi padi menjadi syarat mutlak agar kebutuhan beras di dalam negeri tercukupi sehingga tidak diperlukan lagi impor. Dari hitungan Perum Bulog, impor beras baru bisa distop jika rata-rata produksi padi meningkat sebesar lima persen.

---------
Direktur Utama Perum Bulog Sutarto Alimoeso yang mengutip data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan, produksi padi memang naik sebesar 4,87 persen atau meningkat 68,96 juta ton gabah kering (GKG) alias ada kenaikan padi sebanyak 3,2 juta ton. Hanya, bila dihubungkan dengan produksi tahun lalu justru turun 1,07 persen.’’Sehingga rata-rata peningkatan produksi selama dua tahun terakhir ini hanya 1,9 persen,” kata Sutarto di Jakarta kemarin.
 
Pada 2009 lalu, produksi padi naik 6,7 persen dan penyerapan beras oleh Bulog sekitar 3,5 juta ton. Sedangkan, produksi padi pada 2007 naik 4,96 persen dan naik 5,4 persen pada 2008. Bulog pun tak lagi impor lantaran stok beras mencukupi.
 
Dia menambahkan, kendati saat ini musim tanam gadu, pihaknya terus berupaya melakukan penyerapan beras petani. Realisasi pengadaan beras oleh Bulog pada Januari-Oktober 2012 tercatat telah mencapai 3,45 juta ton dan ditargetkan hingga akhir 2012 ini sebanyak 3,6 juta ton. Angka ini, kata dia, justru lebih tinggi daripada penyerapan pada 2009.
 
Sementara itu, Bulog telah melakukan kontrak untuk impor beras sebanyak 300 ribu ton dari Vietnam dan siap direalisasikan sampai Desember mendatang. Menurut Sutarto, dibandingkan kuota impor tahun lalu yang mencapai 1,9 juta ton, di antaranya berasal beras dari Vietnam mencapai 1,2 juta ton, tentu tahun ini jauh lebih kecil. ’’Ini kan buat pemenuhan stok bila terjadi bencana alam dan stabilisasi harga, kita punya berasnya,’’ papar dia.
 
Sementara itu, Manajer Advokasi Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan Said Abdullah mengatakan, impor beras akan terus dilakukan hingga 2014. Sebab, saat ini Bulog masih saja mengalami kesulitan melakukan serapan beras nasional.

’’Keterbatasan anggaran, infrastruktur, dan kewenangan menjadikan Bulog tak akan bisa melampaui angka 10 persen dalam penyerapannya. Jika demikian gudang Bulog akan terus mengalami kekosongan. Impor menjadi cara jitu memenuhinya,’’ tutur Said.

Kemudian, menjadi sebuah kemustahilan dalam dua tahun ke depan tingkat produksi meningkat rata-rata 6,2 persen untuk mengejar 10 juta ton cadangan beras nasional. ’’Catatan data menunjukkan yang terjadi justru produksi dalam negeri terus mengalami penurunan.
Peningkatan produksi padi di Indonesia mengalami akselerasi hanya pada 1980-an. Laju pertumbuhan produksi padi rata-rata meningkat dari 1,10 persen per tahun pada periode 1970-1979 menjadi 5,32 persen per tahun pada periode 1980-1989,’’ terang dia.

Namun, pada periode 1990-1999, terus mengalami penurunan rata-rata menjadi 1,29 persen per tahun dan 0,71 persen per tahun pada periode 2000-2011. Menurut dia, pemerintah menargetkan memiliki cadangan beras nasional 10 juta ton pada 2014 yang bersumber dari produksi dalam negeri. Target ini rasanya tidak akan tercapai kecuali melalui impor.’’Apakah kontrak kerja sama impor beras dengan negara produsen semacam Thailand, Vietnam, dan Kamboja merupakan alternatif pemenuhan target tersebut,’’ ungkapnya.

Hal itu patut diwaspadai karena jika demikian adanya maka target 10 juta ton itu tak lebih dari target dagang belaka. Dia mengemukakan, jika saat ini cadangan pangan hanya 2 juta ton, maka ada 8 juta ton yang harus dipenuhi. Jumlah sebanyak itu tidaklah sedikit baik dalam hal jumlah maupun keuntungan yang dihasilkan jika impor dilakukan.

Sebelumnya, Dirjen Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan Deddy Saleh menyebutkan, pada tahap awal, Pemerintah Kamboja akan mendatangkan 100 ribu ton beras ke
Tanah Air pada Desember 2012 dan pada 2013 sebanyak 1 juta ton.

Komitmen ini diperoleh setelah ada kesepakatan antara Menteri Perdagangan Gita Wirjawan dan Menteri Perdagangan Kamboja Cham Prasidh pada 28 Agustus lalu di Kamboja. ’’Nantinya Bulog bisa beroperasi di Kamboja, beras tidak perlu semua dikirim ke Indonesia, tetapi dijadikan stok di sana, bisa untuk komersial (dijual lagi) dan bisa diambil sewaktu-sewaktu untuk memenuhi kebutuhan beras di dalam negeri,’’ ucapnya. (lum)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Akhir Tahun, Pesawat Laris Manis


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler