jpnn.com, JAKARTA - Wacana permintaan impor beras ketan sebanyak 65 ribu ton dari Thailand dan Vietnam oleh Perum Buloh kini dipertanyakan.
Permintaan Bulog ini dianggap tak relevan karena tidak ada urgensi mendesak yang mengharuskan Indonesia impor beras ketan.
BACA JUGA: Buwas Ditantang Buktikan Soal Fitnah dan Pemalsuan Beras Bulog
Pengamat Ekonomi Universitas Indonesia, Telisa Aulia Falianty mendorong Presiden Joko Widodo untuk menanyakan alasan Direktur Utama Bulog Budi Waseso mengajukan impor beras ketan.
“Data stok nasionalnya bagaimana, prediksi demand menjelang akhir tahun sehingga muncul kesimpulan perlu impor beras khusus ini. Jadi perlu transparansi. Mungkin presiden perlu untuk meminta kepada Bulog untuk transparansi kebijakannya,” kata Telisa saat dihubungi, Senin (11/11).
BACA JUGA: Pernyataan Buwas Soal E-Warong Siluman Tuai Kritikan
Dia mengatakan, pengawasan impor tersebut harus diperkuat. Nantinya, kalau alasannya bisa diterima oleh akal sehat, masyarakat bisa memaklumi.
Telisa juga menyadari, beras khusus itu memang diskresinya lebih tinggi daripada beras umum. Namun, transparansinya tetap harus didahulukan.
Sementara itu, Sekretaris Perum Bulog Awaludin Iqbal membenarkan ada permohonan impor beras ketan sebanyak 65 ribu ton dari Bulog ke Kementerian Perdagangan.
Dia mengatakan, permintaan impor dari Vietnam dan Thailand untuk memenuhi persedian yang tidak terpenuhi oleh petani di dalam negeri.
"Kalau data pasokan dalam negeri ada di Kementan, yang pasti ini kan kebutuhan customer yang minta segitu, kategori beras ini kan khusus dan tidak gampang mendapatkannya," ujar dia.
Namun dia tidak memerinci jumlah pasokan dalam negeri dalam setahun dan kebutuhan total.
Dia menambahkan, petani dalam negeri tidak banyak yang menanam beras ketan. Sementara kebutuhannya masih cukup besar dan terutama untuk bisnis, atau industri makanan.
"Kalau beras biasa, kita stok sangat berlimpah, Pak Dirut juga sudah katakan tidak akan impor beras biasa. Tetapi komoditas khusus yang lain bisa," ujar dia. (tan/jpnn)
Redaktur & Reporter : Natalia