Impor Mesin Masih Didominasi Tiongkok

Sabtu, 15 Januari 2011 – 10:42 WIB
JAKARTA - Indonesia bakal menjadi negara potensial bagi negara pengekspor alat permesinanSebab, pertumbuhan industri termasuk manufaktur dapat mendorong tingginya permintaan mesin.

Ketua Gabungan Asosiasi Perusahaan Pengerjaan Logam dan Mesin Indonesia (Gamma) Dasep Ahmadi mengatakan jumlah impor mesin cukup tinggi

BACA JUGA: Mandala Minimal Butuh Rp 3,1 Triliun

Pada 2010 lalu, nilai impor mesin menyentuh USD 15 miliar
Kebanyakan didominasi dari Tiongkok

BACA JUGA: IHSG Lawan Arus Global

"Sebenarnya masih bisa ditekan, yang bisa dikurangi seperti impor mesin untuk sektor pertanian, perkakas
Ditargetkan tahun ini bisa turun sekitar 5 persen," katanya kemarin (14/1).

Dia menyebutkan persentase impor mesin bikinan Tiongkok bisa mencapai 30-40 persen

BACA JUGA: Multipolar Sepakat Kembangkan Hypermart

Di antaranya untuk mesin manual, bor, dan bubutSedangkan mesin high precision di sektor otomotif kebanyakan berasal dari Jepang dengan persentase 20 persenSelain itu beberapa negara lain, seperti Jerman"Bisa dibilang impor mesin asal Jerman masih kecil, kurang dari sepuluh persen," ucapnya.

Menurut dia, harga masih menjadi pertimbangan bagi industri dalam negeri ketika melakukan imporHarga mesin dari Tiongkok jauh lebih rendah timbang negara lain"Padahal kalau mau membayar lebih mahal sedikit, bisa mendapatkan mesin dengan life cycle lebih lama," ucapnya.

Menurut Dasep, ke depan memungkinkan untuk mendorong investasi asing di industri permesinanTerutama di sektor manufaktur, dinilai potensial karena kebutuhan terhadap mesin tinggi"Soal investasi bisa dikerjasamakanMemang ada alternatif impor mesin bekas, tapi namanya mesin bekas sehingga dari sisi kualitas dan teknologi pasti kalah dengan mesin baru," ucapnya.

Dikatakan, banyak negara yang bisa jadi target investasi mesin, seperti JermanApalagi menjelang akhir tahun nanti akan diselenggarakan pameran industri produk besi, yakni EMO Hannover 2011 di Jerman"Rencananya kami akan ke sana, untuk mengetahui teknologi terbaru di dunia," ucapnya.

Secara terpisah, managing director of EMO Hannover Christoph Miller mengatakan potensi investasi di peralatan mesin masih besarBerdasar analisa disebutkan, bakal ada pertumbuhan 20 persen atau dua kali dari pertumbuhan investasi"Seperti negara di Asia, Eropa dan Amerika," ucapnya.

Khusus pasar Indonesia, lanjut Miller, memiliki potensi besarMenurut dia, pertumbuhan ekonomi bisa berdampak terhadap importasi alat mesin"Ekspor mesin Jerman ke Indonesia sempat turun drastis pada 2009 sampai 5 persenNamun melonjak lebih dari 50 persen pada kuartal ketiga 2010 lalu," urainya.

Dia menyebutkan, berdasar data statistik Jerman menunjukan nilai impor mesin dari Jerman ke Indonesia pada kuartal ketiga 2010 lalu sebesar USD 6,67 jutaSedangkan pada periode sama tahun 2009 hanya USD 4,45 jutaImpor terbesar kuartal tahun lalu yakni produk mesin laser dan fisik kimiaSelain itu ada mesin bubut, mesin menggerus, mesin penggiling termasuk aksesoris seperti suku cadang.

Sementara dalam pameran itu diuraikan, sektor yang akan dibidik dalam pameran tersebut antara lain industri otomotif, industri kedirgantaraan dan teknologi medisSebelumnya EMO Hannover pernah menyelenggarakan pameran serupa pada 2007 lalu.

"Sekitar sepertiga dari 166.500 pengunjung dari luar JermanTotal diikuti 2.100 perusahaan yang 60 persen diantaranya dari 42 negara," katanyaUntuk tahun ini, ditargetkan bisa menyerap 20.000 peserta dan 1 juta pengunjung(res)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Besok, Harga Pertamax Naik


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler