Peluncuran obligasi itu dilakukan bila rencana pemerintah untuk menyatukan seluruh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di sektor farmasi dalam sebuah holding (regrouping farmasi) urung dilancarkan tahun ini. “Posisi kami menunggu kepastian dari program regrouping farmasi. Kalau dilakukan maka kami (seluruh BUMN farmasi) bakal melakukan right issue secara kolektif,” tukas Ahdia Amini, Corporate Secretary INAF, di Jakarta.
Nah, kalau rencana regrouping gagal dilakukan maka opsi menerbitkan obligasi bakal mulus. Opsi ini dilakukan secara mandiri manajemen menilik kebutuhan yang ada. Nantinya, hasil obligasi senilai Rp 300 miliar itu untuk peningkatan standard dan juga pembangunan pabrik baru. Pembangunan pabrik baru itu sangat mendesak seiring potensi pertumbuhan permintaan pasar terhadap obat generik yang ke depan diyakini akan melonjak signifikan.
Selain itu, seiring penerapan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) pada 2014 dan Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) pada 2017 mendatang diperkirakan akan mendongkrak pertumbuhan pasar obat generik dari 15 persen menjadi 40 persen pasca penerapan BPJS-SJSN. Kontribusi obat generik terhadap total pasar farmasi nasional pun diyakini juga akan tumbuh dari 10 persen menjadi 40 persen. “Pasar farmasi nasional saat ini tercatat Rp 44 triliun. Dari nilai itu, pasar obat generik baru antara Rp 3,4-4,4 triliun,” imbuhnya.
Dari sisi kondisi perusahaan, lanjut Ahdia, pihaknya sebenarnya masih sangat memungkinkan untuk menerbitkan obligasi hingga mencapai Rp 600 miliar. Namun dengan melihat kebutuhan dana saat ini, nilai Rp 300 miliar dirasa sudah sangat cukup untuk membiayai serangkaian ekspansi yang akan dilakukan perusahaan. “Sebenarnya bisa mencapai Rp 600 miliar. Tapi kalau lihat kebutuhannya, Rp 300 miliar sudah cukup lah. Yang jelas ini akan kami lakukan di tahun ini juga, dengan atau tanpa
adanya konsep regrouping,” tegas Ahdia.
Sementara sepanjang tahun ini perseroan membidik penjualan senilai Rp 1,5 triliun. Proyeksi itu tumbuh 25 persen dari perolehan 2011 yang diperkirakan sebesar Rp 1,2 triliun. Seiring kenaikan penjualan, perolehan laba bersih 2012 ditargetkan senilai Rp 74 miliar atau naik 105,55 persen dibanding raihan 2011 sekitar Rp 36 miliar. (far)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Listrik Jawa-Bali Kian Andal
Redaktur : Tim Redaksi