Dengan beroperasinya Unit 4 ini, maka PLTU Tanjung Jati B memiliki empat unit pembangkit listrik dengan kapasitas total 2.640 MW. Unit 1 dan 2 masing-masing 662 MW yang sudah beroperasi pada 2006, serta Unit 3 dan 4 juga masing-masing berkapasitas 662 MW. Unit 3 diresmikan akhir Desember lalu. PLTU Tanjung Jati B dibangun di atas lahan seluas 150 hektare (ha) di Desa Tubanan, Kecamatan Kembang, Jepara. Sama dengan Unit 3 yang telah lebih dulu beroperasi, PLTU Tanjung Jati B Unit 4 juga dibangun skema leasing dengan PT Central Java Power selama 20 tahun.
Jero wacik mengatakan, kebutuhan listrik dari tahun ke tahun terus meningkat. Pemerintah harus mengejar dengan menyiapkan kapasitas listrik yang banyak pula. "Makanya, kami terus membangun listrik berbahan bakar batubara, gas, geothermal, air, dan panas matahari. Seluruh pembangkitan listrik kita dorong untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan industri yang makin berkembang," ujarnya.
Penggunaan bahan bakar selain BBM itu dikenal lebih murah dan ketersediaannya sangat melimpah. Maka, pemerintah secara bertahap mengurangi ketergantungan pada BBM yang stoknya kian menipis. PLTU, kata Wacik, hanya salah satu solusi mengatasi persoalan kelistrikan di Indonesia.
Selain tenaga uap, potensi mengembangkan energi listrik tenaga panas bumi, air, matahari, dan angin, serta nuklir masih sangat luas. Soal nuklir, ia mengingatkan masyarakat Jepara untuk tidak risau terkait rencana pembangunan pembangkit nuklir di Kota Ukir ini. Semuanya masih membutuhkan kajian mendalam dengan menimbang resiko yang ditimbulkan.
"Kalau yang lain-lain sudah kehabisan akal, barangkali baru kita mengarah ke pembangkitan tenaga nuklir. Tapi sekarang kita kerjakan yang ada-ada dulu. Kita memilih alternatif energi yang masih aman bagi rakyat," kata Wacik.
Sementara itu, Nur Pamudji mengatakan, saat ini beban puncak rata-rata di Jawa Bali sekitar 19.700 MW. Sementara kapasitas pembangkit mencapai 24 ribu MW. Dan seper delapannya disumbang PLTU Jepara.
Penggunaan batubara sebagai bahan bakar pembangkit, menurut Nur, sangat murah. Harga batubara saat ini sekitar 6,5 sen per kwh. "Jika kita bandingkan dengan pembangkit dari BBM sungguh jauh sekali, yang saat ini sebesar 23 sen per kwh," jelasnya.
Dia menyebutkan, batubara yang dikonsumsi di PLTU Jepara mencapai 8 juta ton per tahun dari konsumsi PLN saat ini, 50 juta ton per tahun.
Sementara itu, hingga akhir tahun lalu rasio elektrifikasi untuk nasional tercatat 75 persen. Nur mengatakan, guna menggenjot elektrifikasi itu, pemerintah tahun ini menyediakan dana sebesar Rp 9 triliun atau tiga kali lipat ketimbang tahun-tahun sebelumnya. (lum)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Dampak BBM, Harga Rumah Segera Naik
Redaktur : Tim Redaksi