Incar Turis Timur Tengah, Pengemis di Puncak Bisa Kantongi Rp 600 Ribu per Hari

Selasa, 15 Oktober 2019 – 13:13 WIB
Salah satu pengemis di kawasan Puncak menunggu belas kasihan dari pengendara yang melintas, Senin (14/10). Foto: Radar Bogor

jpnn.com, BOGOR - Kawasan Puncak Cisarua tidak hanya menjadi lokasi favorit wisatawan setiap akhir pekan. Destinasi wisata di Kabupaten Bogor, Jawa Barat, itu juga menjadi tempat para pengemis meraup pundi-pundi rupiah.

Targetnya pun bukan lagi warga lokal atau wisatawan Jakarta. Melainkan turis Timur Tengah. Mereka memanfaatkan simpatik turis berhidung bangir yang gemar sedekah itu.

BACA JUGA: Pengemis yang Lagi Viral Itu Tertangkap, Simak Pengakuannya, Mengejutkan

Tak main-main, berdasarkan penelusuran Radar Bogor, para pengemis ini bisa mengantongi Rp 600 ribu setiap harinya.

Seperti yang dituturkan Enah (61). Pengemis asal Desa Ciherang, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur ini, sejak pukul 11.00 WIB sudah ada di sekitar Warung Kaleng, Kecamatan Cisarua.

BACA JUGA: Misteri Man Ceker, Pengemis Punya Tabungan Rp 900 Juta

Ia lebih memilih jual iba pada Turis Timur tengah yang sedang berwisata di Kawasan Puncak. Alasannya satu. Turis Timur Tengah jauh lebih dermawan. Nominal yang dberikan turis asing pada nenek empat cucu itu lebih besar, ketimbang warga lokal, atau turis dari Jakarta.

“Jauh. Sekali ngasih kadang Rp 20.000. Ada juga yang ngasih Rp 50.000,” aku Enah kepada Radar Bogor, Senin (14/10).

Hal itu membuat Enah tak usah payah seharian mengemis. Cukup bertemu dengan 20 hingga 25 turis Timur Tengah, ia sudah bisa bawa pulang uang tak kurang dari setengah juta rupiah.

Bahkan, jika musim Haji, ia bisa mengantongi Rp 1 juta perhari. Lantaran Puncak sedang dipadati turis asing itu. “Sekarang sisanya. Kalau musim Haji bisa jutaan,” ucapnya.

Dalam menjual iba ini, Enah tidak sendiri. Ada delapan lansia lain yang berprofesi sebagai pengemis. Semuanya sama. Berasal dari Cianjur.

Banyaknya pengemis ini bukan tanpa alasan. Mereka memang terkoordinir dengan rapi. Hal itu diakui oleh Asep Mustafa (42), kordinator pengemis yang membawahi Enah cs.

Pria berkumis tebal itu yang bertanggung jawab penuh atas pengemis-pengemis yang ia pelihara. Termasuk saat terjaring razia.

Ia yang menjemput Enah dan kawan-kawan kala diangkut Satpol PP atau Dinas Sosial Kabupaten Bogor.

Dengan catatan, semua pengemis yang berada di bawah komandonya menyetorkan sebagian pendapatatnya. “Semua saya yang urus. Termasuk tranportasi,” akunya.

Ia pun menjabarkan, untuk rute yang dijalani Enah dan kawan-kawan itu terbagi. Setiap hari bergantian. Termasuk jam operasionalnya.

“Kalau setiap hari di situ saja, orang juga lama-lama kenal. Jadi diputer-puter. Kadang di kebun teh, kadang di paralayang, kadang di sekitaran Attawun, kadang di Warung Kaleng, kadang di Jalan arah Taman Safari Indonesia,” katanya.

Perihal razia, ia mengaku sudah khatam. Ketika anak buahnya diangkut, tidak pernah sampai pada pembinaan atau ke balai sosial. Usia lansia menjadikan mereka bisa langsung pulang. “Lansia bisa langsung dipulangkan. Cukup kami jemput saja,” akunya.

Dia mengaku sudah puluhan anak buahnya terkena razia. “Mereka sering. Kalau saya aman. Saya kan dari jauh amati. Juga ada anak buah saya yang lain yang juga mengamati,” katanya.

Komplotan pengemis ini pun bukan Asep saja. Ada belasan kelompok yuang tersebar dari Simpang Ciawi, Gadog, hingga Puncak Cisarua.

“Itu (pengemis, red) yang di Ciawi sama Gadog beda lagi bosnya. Kalau saya cuman yang di sini saja,” tutupnya. (all/c)


Redaktur & Reporter : Rah Mahatma Sakti

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler