JAKARTA - Syarief Hidayat, peneliti dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), mengatakan, berdasarkan hasil penelitiannya, calon incumbent paling diminati para pengusaha untuk menggelontorkan dana bantuannya.
"Pengusaha selalu berpihak kepada calon incumbent, karena incumbent selalu punya kans besar untuk menang," ujar Syarief, yang konsen meneliti masalah relasi penguasa-pengusaha itu, kepada JPNN di Jakarta, kemarin (31/1).
Pengusaha yang bakal memasok dana ke incumbent, bisa pengusaha yang baru mencoba "masuk", atau bisa pengusaha lama yang selama ini sudah menjalin relasi dengan incumbent selama menjadi kepala daerah atau wakil kepala daerah.
"Selama dia berkuasa, pasti sudah menjalin kerjasama dengan sejumlah pengusaha. Relasi sudah terbangun. Mereka yang akan memback up dana," imbuhnya.
Meski demikian, lanjutnya, para pengusaha penyokong dana incumbent juga pasti siap menebar dana ke kandidat lain, yang dinilai juga punya kans untuk menang. "Diam-diam, mereka juga akan memberikan bantuan ke lawan-lawan incumbent. Kalau incumbent ternyata kalah, mereka nantinya tetap untung (dengan minta proyek-proyek, red)," lanjut Syarief.
Bagaimana pola pemberian bantuan dana pengusaha ke para kandidat" Lagi-lagi, Syarief menyebut, berdasarkan penelitiannya, bantuan dilakukan secara bertahap. Tahap pertama, bantuan dana akan diberikan dalam jumlah yang tidak seberapa kepada para kandidat. "Tahap pertama ini akan diberikan di saat belum terlihat siapa kandidat yang kuat," ulasnya.
Tahap kedua, begitu putaran pertama dimulai. Misalnya dari enam kandidat ada dua hingga tiga kandidat yang kuat, maka para pengusaha akan menebar uang kepada kandidat-kandidat yang kuat itu.
"Di sini pengusaha sudah mulai jor-joran, meski belum begitu besar. istilah saya, tahap lempar umpan," sebutnya.
Jika ada putaran kedua, inilah tahap ketiga jor-joran uang. Karena tinggal dua pasangan yang bertarung di putaran kedua ini, maka pengusaha-pengusaha berani menggelontorkan dana ke pasangan peraih suara terbanyak di putaran pertama, karena punya kans besar menang lagi di putaran kedua. "Pengusaha mulai menguras dananya untuk diberikan ke kandidat terkuat. Tapi peraih suara kedua yang masuk putaran kedua juga akan digelontori dana, kayak main judi," ujar Syarief.
Berdasarkan hasil penelitiannya, Syarief menjelaskan, memang ada dua pola keterlibatan pengusaha di setiap ajang pemilukada. Pola pertama, dia menjadi pemain langsung, dalam artian ikut menjadi calon.
Pengusaha yang menjadi cagub, kata Syarief, biasanya pengusaha besar, yang kiprahnya selama ini di level nasional. "Jarang pengusaha lokal karena modalnya pas-pasan," imbuhnya.
Dengan memiliki modal besar dari kantong sendiri, calon dari pengusaha ini dengan gampang bisa membeli tiket perahu partai pengusung, sekaligus siap dana untuk proses kampanye. Saingan terberat incumbent adalah jika ada pengusaha besar yang ikut maju. "Karena yang bisa menyaingi incumbent hanya pengusaha," kata Syarief memberikan argumentasi.
Modus kedua keterlibatan pengusaha di pemilukada adalah menjadi donatur dana bagi para kandidat. Bentuk donasi bisa langsung berupa uang cash, atau tidak langsung berupa barang.
Misalnya, pengusaha membelikan semen, batu, pasir, dan sebagainya, untuk membangun sebuah ruas jalan. Selanjutnya, oleh kandidat, disebarkan kabar bahwa jalan itu dibangun dari kantongnya.
Syarief menceritakan salah satu hasil penelitiannya. Ada sebuah ruas jalan yang dibangun menjelang pemilukada. Batu untuk jalan dibelikan seorang pengusaha, pasir dan semennya dibelikan oleh pengusaha lainnya, dan pengaspalan dibeli oleh tim sukses si kandidat. Pengaspalan sebagai tahap akhir pembuatan jalan sengaja dilakukan tim sukses untuk memamerkan ke warga bahwa si kandidat lah yang membangun jalan.
"Pengusaha yang memberikan dana cash nantinya kalau kandidat itu sudah berkuasa, akan meminta proyek-poyek besar. Sedang pengusaha yang pernah membantu pembangunan jalan, ya nantinya minta proyek pembangunan jalan," kata Syarief. (sam/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Jika Ada Korupsi, Pasti Ada Barang Bukti
Redaktur : Tim Redaksi