Indef Uraikan Tujuan Uni Eropa Mendiskriminasi Kelapa Sawit

Kamis, 09 Januari 2020 – 03:01 WIB
Ilustrasi petani kelapa sawit. Foto: Kaltim Post/JPNN

jpnn.com, JAKARTA - Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef), menilai tujuan Uni Eropa (UE) mendiskriminasikan kelapa sawit yakni ingin menguasai energi dunia.

"Kalau saya lihat, minyak nabati digadang-gadang bakal menjadi sumber energi pengganti fosil di masa mendatang. Jadi siapa yang bisa menguasai energi pengganti fosil dialah yang mungkin akan memegang dunia di masa depan," ujar peneliti Indef Ahmad Heri Firdaus ketika dihubungi di Jakarta.

BACA JUGA: Jokowi Resmikan Penggunaan BBM B30 dengan Campuran Minyak Kelapa Sawit

Oleh karena itu, lanjut dia, Uni Eropa menahan pertumbuhan industri kelapa sawit dengan mengeluarkan kebijakan Renewable Energy Directive II (RED II) dan Delegated Regulation UE. Kebijakan-kebijakan itu membuat produk kelapa sawit menjadi terdiskriminasi.

"Tentu kita harus lawan. Mereka ingin mengganti sawit dengan barang mereka yang bisa subtitusi sawit. Salah satunya mereka punya bunga rapeseed," katanya.

BACA JUGA: RI - Malaysia Bersatu Lawan Diskriminasi Produk Kelapa Sawit

Saat ini, menurut Firdaus, salah satu yang harus terus dilakukan pemerintah adalah melakukan riset mendalam mengenai sawit, baik dari ekonomi dan lingkungan hingga implementasinya.

"Dalam tatanan penelitian riset and development (R and D) kita sudah bagus, mulai dari B30 sampai B100. Namun, kita masih terkendala infrastruktur, bagaimana kita menggunakan produk sawit secara masif," katanya.

BACA JUGA: Harga Tandan Buah Segar Kelapa Sawit Naik Pekan Ini

Dengan demikian, lanjut Ahmad Heri, pemerintah perlu segera mengambil langkah untuk memastikan produksi sawit berjalan secara berkelanjutan.

"Perhatikan aspek di tingkat hulu artinya produksinya, sawit inikan komoditas ekspor jangan sampai nantinya hanya dipakai di dalam negeri saja dan mengurangi ekspor," katanya.

Sebelumnya, Kementerian Perdagangan menggunakan tim kuasa hukum internasional untuk menghadapi Uni Eropa untuk kebijakan RED II dan Delegated Regulation UE yang dianggap mendiskriminasikan produk kelapa sawit Indonesia di WTO. (antara/jpnn)


Redaktur & Reporter : Rasyid Ridha

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler