Indeks Daya Saing Global, Peringkat Indonesia Membaik

Sabtu, 20 Oktober 2018 – 00:45 WIB
Pengamat pendidikan Indra Charismiadji (jas hitam) bersama para guru dari berbagai daerah. Foto: Mesya/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - World Economic Forum baru saja merilis indeks daya saing global (Global Competitiveness Index) 2018, dimana posisi Indonesia naik. Tahun lalu posisi Indonesia di peringkat 47 tahun lalu, menjadi di posisi 45 tahun ini.

Dari sekian banyak indikator, kemampuan inovasi (innovation capability) mendapatkan nilai rendah.

BACA JUGA: Menteri Nasir: Daya Saing Indonesia Rendah!

Total ada 12 pilar yang dihitung dalam indeks daya saing global tersebut. Pilar market size mendapatkan nilai tertinggi di angka 81,6 poin. Sebaliknya kemempuan inovasi mendapatkan skor terendah di 37,1 poin.

Jika dikupas lagi, unsure riset dan pengembangan hanya mendapatkan nilai 21,4 poin dari rentang 0-100 poin.

BACA JUGA: Panglima TNI: Pemuda Harus Memiliki Daya Inovasi dan Kreasi

Dirjen Penguatan Inovasi (PI) Kemenristekdikti Jumain Appe mengatakan dalam indeks daya saing itu, bidang teknologi terkait dengan kesiapan teknologi, pendidikan tinggi, dan inovasi.

’’(Untuk meningkatkan, Red) ketiga hal ini, sebenarnya kita sudah mulai memiliki program-program,’’ katanya usai menerima penghargaan Best Leader on Innovation Technology for Entreprneurs Development di Jakarta Rabu malam lalu (17/10).

BACA JUGA: Ini Saran agar Lulusan Madrasah Berdaya Saing di Masa Depan

Dia mengatakan tantangan yang dihadapi pemerintah saat ini adalah transfer teknologi. Baik itu teknologi dari luar negeri maupun dari dalam negeri sendiri. Perusahaan-perusahaan multinasional tidak mudah untuk melakukan transfer teknologi dengan SDM dalam negeri.

Untuk mengatasinya pemerintah akan terus mendorong kerjasama antara perusahaan asing dengan mitra di dalam negeri. Sehingga proses transfer teknologi bisa berjalan dengan baik. ’’Dalam setiap kerjasama itu harus ditekankan kesediaan proses transfer teknologi,’’ tuturnya.

Selain proses transfer teknologi, Jumain mengatakan kualitas SDM lokal juga dibenahi. Diantaranya adalah dengan pertukaran dosen atau peneliti dalam negeri dengan lembaga riset luar negeri. Selain itu juga menghadirkan profesor luar negeri untuk membimbing peneliti di Indonesia.

Pengamat pendidikan Indra Charismiadji menuturkan rendahnya skor kemampuan berinovasi tidak bisa dilepaskan dari iklim pendidikan di Indonesia. Dia menuturkan kultur belajar dalam sistem pendidikan di Indonesia masih menekankan menghafal. ’’Padahal menghafal itu adalah tingkatan belajar terendah atau low order thinking,’’ katanya.

Indra mengingatkan, memasuki era industri 4.0 kemampuan berinovasi dan kerativitas sangat dibutuhkan. Dia khawatir rendahnya kemampuan inovasi Indonesia dalam indeks daya saing tersebut, bakal memengaruhi kondisi ekonomi nasional.

Dia menegaskan masyarakat Indonesia sejatinya memiliki DNA creator yang kuat. ’’Bisa dilihat dari budaya-budaya yang ada di masyarakat,’’ jelasnya.

Dia berharap lingkungan belajar diubah tidak sekedar mengutamakan menghafal. Tetapi ditingkatkan untuk merangsang peserta didik untuk berinovasi. (wan)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Marwan Yakin PTS Bisa Jadi Solusi Peningkatan Daya Saing SDM


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler