Indeks Pertanaman di Garut Meningkat Dengan Embung Kementan

Senin, 05 Oktober 2020 – 17:51 WIB
Ilustrasi - Embung yang dipersiapkan untuk mengatasi kekeringan. Foto: Humas Ditjen PSP Kementan

jpnn.com, GARUT - Kementerian melalui Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian (Ditjen PSP) membangun embung untuk pertanian di Kabupaten Garut, Jawa Barat. Dampaknya positif karena indeks pertanaman meningkat.

Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo mengatakan, embung yang dibangun Ditjen PSP akan mendukung ketersediaan air untuk lahan pertanian.

BACA JUGA: Mentan SYL Jamin Ketersediaan Beras Cukup Hingga Akhir 2020

“Untuk menjaga serta meningkatkan produksi pertanian, dibutuhkan air yang memadai. Kementerian Pertanian melalui Ditjen PSP memastikan air mencukupi pertanian dengan membangun embung,” katanya.

Menurut Dirjen PSP Kementerian Pertanian Sarwo Edhy, wilayah Kabupaten Garut bagian Selatan yang merupakan wilayah daerah pesisir, mengandalkan air dari curah hujan atau sumber air lepas.

BACA JUGA: Kementan dan TNI AD Perkuat Kerja Sama Membangun Sektor Pangan Nasional

“Kami melakukan konservasi air untuk mendukung pertanian di Garut. Air yang berasal dari curah hujan itu, kita tampung dalam embung. Jadi air tidak terbuang, dan akan disalurkan ke lahan pertanian saat dibutuhkan,” terangnya.

Dijelaskan Sarwo Edhy, dengan cara ini diharapkan air yang sampai ke lahan-lahan persawahan mencukupi dam tidak berlebihan.

BACA JUGA: Berkat RJIT Ditjen PSP, Lahan Berpengairan di Parigi Moutong Lebih Luas

Kegiatan pembangunan embung Ditjen PSP Kementan dilakukan di Desa Sukamulya, Kecamatan Singajaya, dengan penerima manfaat adalah Kelompok Tani Bina Tani.

Dari hasil kunjungan lapangan pada 1 Oktober 2020, kegiatan pembangunan embung telah selesai dilaksanakan.

Embung yang dibangun memiliki dimensi 20 x 20 x 2.5 meter yang berasal dari mata air dan curah hujan.

Kasi Pengelolaan Lahan Air Dinas Pertanian Kabupaten Garut, Apip Maolana, didampingi Ketua Poktan Bina Tani, Salman, berharap air dapat mencukupi kebutuhan ketersediaan air untuk pengelolaan lahan pertanian seluas 38 ha dengan provitas 4 ton/ha khususnya pada MT II.

Ketua Poktan Bina Tani Salman, menyampaikan bahwa selama ini petani sekitar hanya dapat melakukan satu kali tanam untuk komoditas padi (IP 100).

“Hal ini disebabkan ketersediaan air yang tidak mencukupi dikarenakan wilayah tersebut masuk pada kategori hilir,” jelasnya.

Dengan tercukupinya ketersediaan air akan dapat ditingkatkan menjadi IP 200 atau dua kali tanam, selanjutnya mensiasati terkait ketersediaan air, pengelolaan lahan juga dilakukan untuk komoditas hortikultura seperti sayuran dan cabai.(ikl/jpnn)


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler