India Diguncang Demonstrasi, Taj Mahal Sepi Pengunjung

Senin, 30 Desember 2019 – 22:59 WIB
Seorang polisi berjaga di pinggir sungai Yamuna di depan situs bersejarah Taj Mahal, Agra, India. Foto: ANTARA/REUTERS/Brijesh Singh/djo/11

jpnn.com, NEW DELHI - Industri pariwisata India terpukul akibat gelombang protes menolak undang-undang kewarganegaraan baru di beberapa kota bulan ini. Setidaknya sudah tujuh negara mengeluarkan travel warning terkait situasi di India.

Pejabat setempat memperkirakan sekitar 200.000 wisatawan domestik dan internasional membatalkan atau menunda perjalanan mereka ke Taj Mahal dalam dua minggu terakhir.

BACA JUGA: Warga Norwegia Diancam Pemerintah India karena Bela Hak Imigran Muslim

"Telah terjadi penurunan 60 persen pada pengunjung di bulan Desember tahun ini," kata Dinesh Kumar, seorang inspektur polisi yang mengawasi kantor polisi wisata khusus di dekat Taj Mahal.

"Turis India dan asing telah menghubungi kami untuk memeriksa keamanan. Kami menjamin perlindungan kepada mereka, tetapi banyak yang masih memutuskan untuk menghindar," kata Kumar.

BACA JUGA: Mahkamah Agung India Tangguhkan Gugatan Penolak UU Antimuslim

Taj Mahal yang terletak di Kota Agra, menarik lebih dari 6,5 juta wisatawan setiap tahun. Namun, kota tersebut kini lebih ramai diisi demonstran ketimbang wisatawan.

Manajer di hotel-hotel mewah dan wisma tamu di sekitar Taj Mahal mengatakan pembatalan menit-menit terakhir selama musim perayaan semakin mengurangi sentimen bisnis pada saat pertumbuhan ekonomi negara itu melambat menjadi 4,5%, laju paling lambat dalam lebih dari enam tahun.

BACA JUGA: Politikus PKS Sukamta Kecam Pengesahan UU Bermuatan Diskriminatif di India

Dalam upaya untuk menekan kekerasan dan kerusuhan, pihak berwenang telah menangguhkan layanan internet seluler di Agra.

"Memblokir internet telah mempengaruhi perjalanan dan pariwisata di Agra sekitar 50-60%," kata Sandeep Arora, presiden Yayasan Pengembangan Pariwisata Agra yang beranggota lebih dari 250 operator tur, hotel, dan pemandu.

Amerika Serikat, Inggris, Rusia, Israel, Singapura, Kanada, dan Taiwan telah mengeluarkan peringatan perjalanan yang meminta warganya untuk tidak mengunjungi atau untuk berhati-hati ketika mengunjungi daerah-daerah yang dilanda protes di India.

Jayanta Malla Baruah, kepala Assam Tourism Development Corp, mengatakan bahwa negara bagian itu, tempat konsentrasi badak bercula satu terbesar di dunia, dikunjungi rata-rata oleh 500.000 wisatawan selama Desember.

"Tapi kali ini, karena protes yang sedang berlangsung dan peringatan perjalanan dari berbagai negara, jumlahnya turun sampai 90 persen," katanya. (ant/dil/jpnn)


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler