India Sepakat Tinggalkan Dolar Amerika, Langsung Jadi Sahabat Rusia

Jumat, 01 April 2022 – 23:53 WIB
100 Dolar. Foto: Brendan Smialowski/AFP

jpnn.com, NEW DELHI - Rusia akan meningkatkan pemakaian mata uang non-Barat dalam perdagangan dengan negara lain seperti India, kata Menteri Luar Negeri Sergei Lavrov, Jumat.

Lavrov mengunjungi India untuk mencari dukungan dari negara yang telah lama dianggap sebagai sekutu Rusia itu.

BACA JUGA: Amerika dan Inggris Ancam Tutup Keran Dolar, Perusahaan Rusia Bakal Menderita

Kunjungannya dilakukan sehari setelah AS dan Inggris menekan India untuk tidak mengganggu sistem keuangan berbasis dolar dan sanksi yang dijatuhkan kepada Rusia atas invasinya di Ukraina.

Lavrov memuji India sebagai sahabat yang tidak "memandang dari satu sisi" atas perang di Ukraina.

BACA JUGA: Barat Tingkatkan Tekanan, Saudi Pertimbangkan Buang Dolar dan Rangkul Yuan

India dan China adalah dua negara besar yang tidak mengutuk invasi Rusia. Setelah Lavrov mengunjungi China pekan ini, Beijing mengatakan pihaknya "lebih bertekad" untuk memperluas hubungan dengan Rusia.

"Kita bersahabat," kata Lavrov dalam jumpa pers usai bertemu dengan Menlu India Subrahmanyam Jaishankar.

BACA JUGA: Tergiur Dolar, Bintang Sinetron Jin dan Jun Ini Menghilang dari Dunia Akting

Dia menambahkan India melihat krisis di Ukraina dengan "keseluruhan fakta dan tidak cuma secara sepihak".

Bank sentral Rusia, kata Lavrov, sudah beberapa tahun membangun sistem komunikasi informasi keuangan dan India juga memiliki sistem serupa.

"Sangat jelas bahwa lebih banyak transaksi akan dilakukan melalui sistem ini dengan menggunakan mata uang nasional, bukan dolar, euro dan mata uang lainnya," kata dia.

Rusia adalah pemasok terbesar alat pertahanan ke India dan Lavrov mengatakan kedua negara akan menggunakan mekanisme rupee-ruble untuk memperdagangkan minyak, peralatan militer dan komoditas lain.

"Kami siap memasok barang apa pun yang ingin dibeli oleh India," katanya.

"Saya yakin ada cara untuk melewati hambatan artifisial dari sanksi unilateral ilegal yang dibuat oleh Barat. Hal ini juga terkait dengan kerja sama di bidang teknik-militer," kata Lavrov menambahkan.

Dia juga mengatakan ada sejumlah kemajuan dalam perundingan dengan Ukraina.

"Status non-nuklir, non-blok, netral–itulah yang kini diakui sebagai kebutuhan mutlak," katanya.

Lavrov juga bertemu dengan Perdana Menteri India Narendra Modi sebelum kembali ke Rusia Jumat malam.

Dialog dan Diplomasi

Lavrov mengatakan Rusia terbuka bagi India untuk memediasi Ukraina dan Rusia tapi dia mengaku belum mendengar usulan itu, sementara Jaishankar mengatakan India mendukung penyelesaian damai bagi konflik tersebut.

Jaishankar "menekankan pentingnya penghentian kekerasan dan pertempuran", kata kementerian luar negeri India dalam pernyataan.

"Perbedaan dan perseteruan harus diselesaikan melalui dialog dan diplomasi dan penghormatan pada hukum internasional, Piagam PBB, kedaulatan dan kesatuan teritorial negara-negara."

India telah membeli jutaan barel minyak mentah dari Rusia dengan potongan harga sejak perang meletus, menyebut pembelian itu demi kepentingan rakyatnya seperti yang dilakukan negara-negara Eropa.

Menteri Keuangan Nirmala Sitharaman mengatakan India akan terus membeli minyak Rusia dengan potongan harga.

"Saya akan mendahulukan kepentingan nasional negara saya dan saya akan mendahulukan keamanan energinya," kata dia. "Kenapa saya tidak membelinya? Saya perlu itu untuk masyarakat saya."

India juga memiliki kontrak untuk membeli minyak bunga matahari dari Rusia dengan harga tertinggi dalam sejarah setelah pasokan dari Ukraina terhenti.

Saat berkunjung ke New Delhi pada Kamis, Wakil Penasihat Keamanan Nasional untuk Ekonomi Internasional AS Daleep Singh mengatakan Washington tidak akan membatasi impor energi India dari Rusia, tapi tak ingin melihat "akselerasi yang cepat" dalam pembeliannya.

Menlu Inggris Liz Truss juga mengatakan ketika mengunjungi India pada Kamis bahwa Inggris menghormati keputusan India untuk membeli minyak Rusia dengan harga diskon, seraya menjelaskan sanksi keras pada Rusia di sektor pelabuhan, emas dan energi. (ant/dil/jpnn)


Redaktur & Reporter : M. Adil Syarif

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler