India Terapkan Lockdown Ketat, Tetapi Jumlah Kasus Terus Meroket

Minggu, 31 Mei 2020 – 06:35 WIB
Warga permukiman kumuh di Mumbai mengeluhkan kebijakan lockdown yang diterapkan pemerintah India dalam rangka melawan virus corona. Foto: Reuters

jpnn.com, NEW DELHI - Efektifitas karantina wilayah alias lockdown untuk meredam penyebaran wabah virus corona di India pantas dipertanyakan. Pasalnya, meski India sudah dua bulan mengunci diri, jumlah kasus baru terus memecahkan rekor. 

Kemarin, Sabtu (30/5), India melaporkan tambahan terbesar yang pernah dicatat dengan 7.964 kasus baru. Dengan pertambahan itu, kini jumlah kasus infeksi virus corona di India tercatat sebanyak 173.763 dengan 4.971 pasien meninggal dunia.

BACA JUGA: Drone Mata-Mata India Kembali Gagal Melewati Tentara Pakistan

Meski rasio kematian India lebih rendah dibandingkan negara-negara lain yang terdampak parah, para ahli memperingatkan bahwa puncak pandemi belum terjadi, mengingat angka kasus baru juga terus bertambah tinggi dari hari ke hari.

Dalam sebuah surat terbuka yang menandai satu tahun jabatan di periode kedua, Perdana Menteri Narendra Modi meminta 1,3 miliar penduduk negaranya itu untuk mengikuti aturan karantina wilayah demi menghentikan penyebaran virus.

BACA JUGA: Sebaiknya Tiongkok dan India Selesaikan Konflik di Pangong Lake dengan Kepala Dingin

Ia mengatakan bahwa ada perjuangan panjang di depan untuk melawan pandemi.

"Negeri kita dilingkupi sejumlah permasalahan di tengah populasi yang sangat banyak dan sumber daya yang terbatas," kata Modi. Ia menambahkan bahwa kalangan buruh dan pekerja migran telah "mengalami penderitaan yang luar biasa" akibat pembatasan sosial.

BACA JUGA: Tinggal Tunggu Terompet, Ribuan Tentara India dan Tiongkok Siap Perang

Aktivis HAM dan pihak oposisi pemerintah mengkritik cara Modi dalam menangani pandemi, menuduhnya telah memutuskan pemberlakuan aturan karantina wilayah secara mendadak sehingga membuat masyarakat miskin tertinggal.

Langkah pemerintahan Modi juga memaksa ribuan orang untuk berjalan kaki dalam jarak yang sangat jauh atau berdesakan di bus dan kereta khusus untuk kembali ke kampung halaman mereka. (ant/dil/jpnn)


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler