Indonesia Ambil Peluang Perang Dagang AS - Tiongkok

Senin, 18 Juni 2018 – 11:25 WIB
Darmin Nasution. Foto: dok/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Indonesia berharap bisa mengambil keuntungan dari perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok.

Menurut Menko Perekonomian Darmin Nasution, Indonesia bisa memanfaatkan perang dagang AS dengan Tiongkok untuk menekan defisit.

BACA JUGA: Perang Saat Lebaran

”Salah satunya dengan mendapatkan harga barang impor yang lebih murah jika dua negara tersebut terpaksa mencari pasar ekspor negara lain,” ucap Darmin.

Sementara itu, Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Eko Listiyanto menerangkan, meningkatnya neraca perdagangan Indonesia dipengaruhi pemulihan ekonomi di negara maju.

BACA JUGA: Jurus Balik Kucing

Di antaranya adalah Amerika Serikat, Tiongkok, dan India.

’’Kait-mengait negara besar itu berimplikasi juga ke Indonesia. Karena mitra dagang mengalami peningkatan, maka juga mendorong demand komoditas,’’ ujar Eko.

BACA JUGA: Saatnya Kolojengkingan

Sebagai salah satu antisipasi, yang perlu dilakukan pemerintah adalah memperkuat ekspor dan mendorong industri dalam negeri untuk bisa melakukan substitusi bahan baku impor.

”Pemerintah harus bersiap memperkuat switching atau penyediaan bahan baku dalam negeri,’’ jelas Eko.

Sebagai balasan atas aksi AS, Tiongkok mengumumkan akan mengenakan tambahan 25 persen tarif barang AS yang masuk ke Tiongkok.

Sebelumnya Presiden AS Donald Trump telah membuat daftar lebih dari 800 barang impor penting dan strategis dari Tiongkok yang akan dikenai tarif 25 persen mulai 6 Juli. Dalam daftar itu termasuk di antaranya adalah mobil.

Di sisi lain, Kementerian Perdagangan Tiongkok menanggapi hal tersebut dengan mengenakan tarif berskala dan berkekuatan sama terhadap produk Amerika Serikat.

Kantor berita Xinhua menyebutkan, Tiongkok akan memberlakukan tarif 25 persen pada 659 produk AS, mulai kedelai, mobil, hingga produk perairan.

”Bea masuk senilai USD 34 miliar untuk barang Amerika Serikat termasuk produk agrikultur, termasuk kedelai, akan efektif mulai 6 Juli. Kedelai adalah impor terbesar Tiongkok dari Amerika Serikat dari sisi nilai,” tegas Kementerian Perdagangan Tiongkok sebagaimana dilansir dari Reuters.

Daftar 659 barang Amerika Serikat jauh lebih banyak dibandingkan versi yang dirilis pada April, yakni 106 barang.

Beberapa item bernilai tinggi seperti pesawat komersial telah dihapus.

Sementara itu, tanggal diberlakukan bea masuk untuk barang sisanya yang bernilai USD 16 miliar akan menyusul diumumkan pihak Tiongkok.

Barang-barang yang masuk adalah minyak mentah, gas alam, batu bara, dan beberapa produk minyak.

”Amerika Serikat mengabaikan ketegasan oposisi Tiongkok dan bersikeras untuk mengadopsi perilaku yang melanggar aturan WTO. Ini mengancam kepentingan ekonomi dan keamanan Tiongkok,” tambah Kementerian Perdagangan Tiongkok.

Balasan lebih telak juga disiapkan Tiongkok dengan mengancam untuk memungut tarif atas impor minyak mentah AS, gas alam, dan produk energi lainnya, dilansir dari Reuters Jumat lalu (15/6).

”Ini adalah masalah besar. Tiongkok pada dasarnya adalah pelanggan terbesar minyak mentah AS sekarang. Ini jelas merupakan perkembangan besar,” ujar Direktur Riset Komoditas ClipperData Matt Smith kepada Reuters.

Menurut data Departemen Energi AS, Tiongkok mengimpor sekitar 363.000 barel minyak mentah AS per hari.

Itu setara dengan Kanada sebagai importir minyak mentah terbesar AS. Belum lagi tambahan 200.000 barel per hari (bpd) dari produk lain seperti propana. (agf/rin/c17/sof)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Asyik Nonton, Lupa Jualan


Redaktur & Reporter : Ragil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler