Indonesia - Belanda Bekerja Sama Dalam Agenda Adaptasi Perubahan Iklim

Kamis, 11 Maret 2021 – 22:50 WIB
Menteri Ligkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), Siti Nurbaya, ketika menjadi pembicara kunci pada acara Week of Indonesia – Netherlands Education and Research (WINNER) yang diselenggarakan secara virtual pada Rabu (10/3). Foto: Humas KLHK

jpnn.com, JAKARTA - Indonesia dan Belanda berpotensi besar mengembangkan kerja sama bidang adaptasi perubahan iklim.

Demikian disampaikan Menteri Ligkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya menjadi pembicara kunci pada acara Week of Indonesia – Netherlands Education and Research (WINNER) yang diselenggarakan secara virtual pada Rabu (10/3).

BACA JUGA: Ini yang Dilakukan KLHK dalam Upaya Penanggulangan Perubahan Iklim

Untuk itu, Menteri LHK mengajak semua pihak, termasuk Belanda dan para alumni Belanda asal Indonesia untuk bekerja-sama, meneguhkan komitmen dalam melakukan aksi kolektif dalam meningkatkan kesadaran masyarakat dan berinovasi untuk upaya adaptasi perubahan iklim Indonesia dan dunia, menuju pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB).

Berbicara di forum virtual yang dihadiri oleh wakil pemerintahan kedua negara, para alumni yang pernah menjalani studi di Belanda, serta masyarakat umum, Menteri Siti menyatakan bahwa dalam upaya penanggulangan perubahan iklim, telah banyak contoh nyata di lapangan yang dilakukan Indonesia melalui KLHK dan unsur terkait lainnya, yang dapat dijadikan pelajaran baik untuk masyarakat Indonesia dan Belanda maupun warga dunia.

BACA JUGA: KLHK Intensifkan Pengaturan Pengelolaan Perhutanan Sosial

“Indonesia memiliki contoh-contoh konkret dalam upaya mencapai ketahanan ekonomi, ketahanan sosial dan mata pencaharian, serta ketahanan ekosistem dan lanskap,” tegas Siti Nurbaya.

Siti Nurbaya menjelaskan pada ketahanan ekonomi, Indonesia menitikberatkan pada praktik pertanian berkelanjutan, energi terbarukan serta konsumsi dan produksi yang berkelanjutan. Contoh nyata upaya mencapai ketahanan ekonomi adalah pengembangan Kawasan pangan berkelanjutan (food estate) sebagai upaya mengantisipasi risiko krisis pangan.

BACA JUGA: Inilah Lima Arahan Pak Sekjen KLHK Terkait Penanganan Covid-19

Selain itu, menerapkan ekonomi sirkuler (circular economy) dengan memanfaatkan limbah untuk bahan baku industri dan baru-baru ini mulai mengurangi penggunaan batu bara sebagai tenaga listrik.

Di bidang ketahanan sosial dan mata pencaharian penduduk, Indonesia secara sistemik tengah meningkatkan kesadaran dan kesiapsiagaan masyarakat terhadap bencana alam melalui sistem peringatan dini, peningkatan partisipasi masyarakat, dan penegakan hukum.

Sementara dalam hal ketahanan ekosistem dan lanskap, Indonesia fokus pada upaya pembenahan pengelolaan DAS dan ekosistem laut yang terintegrasi, akselerasi perhutanan sosial, dan mengembangkan kota dan desa yang ramah iklim. Pada tahun 2020, Indonesia telah menanam 15 ribu hektar mangrove dan akan ditingkatkan menjadi 600 ribu hektar.

Selain itu, Indonesia juga memprioritaskan Program Kampung Iklim atau ProKlim yang melibatkan partisipasi masyarakat di tingkat tapak. Saat ini terdapat sekitar 3.000 lokasi ProKlim di 33 provinsi dan 247 kabupaten/kota dan diharapkan pada tahun 2024 dapat meningkat menjadi 20.000 lokasi melalui 8 strategi.

Delapan strategi itu meliputi, pertama, penguatan kapasitas pemerintah daerah. Kedua, penguatan kapasitas masyarakat. Ketiga, peningkatan kemitraan multi-pemangku kepentingan. Keempat, peningkatan kepemimpinan di tingkat local. Kelima, Pengukuhan komitmen pemangku kepentingan. Keenam, Sosialisasi kesuksesan. Ketujuh, Pengembangan dan penerapan teknologi tepat guna; dan delapan, optimalisasi potensi sumber pendanaan.

Pada kesempatan tersebut, Menteri Siti mengajak para alumni Belanda di Indonesia untuk terlibat dalam upaya akselerasi ProKlim untuk meningkatkan ketahanan terhadap perubahan iklim yang pada gilirannya dapat mendukung pencapaian NDC.

Menteri LHK juga menyampaikan bahwa inklusivitas upaya pengendalian perubahan iklim yang dilaksanakan oleh KLHK dapat dilihat salah satunya dari kegiatan Pojok Iklim, yaitu forum diskusi multipihak yang dilaksanakan sejak awal 2016.

Forum ini menjadi wadah diskusi antar Kementerian/Lembaga terkait, asosiasi, pelaku usaha, akademisi, pemuda dan masyarakat umum untuk mengaktualisasikan dan mengartikulasikan kebijakan perubahan iklim, serta mendiseminasikan informasi best practices upaya pengendalian perubahan iklim di semua sektor.

Sepanjang tahun 2020 Pojok Iklim mampu menjangkau masyarakat dari 34 Provinsi di Indonesia dan menampilkan aksi nyata dari masyarakat di tingkat lokal dalam pengendalian perubahan iklim.

Diskusi mingguan tersebut berhasil mengadakan 42 diskusi (6 diskusi diantaranya dilaksanakan secara tatap muka sebelum adanya pandemi COVID-19) dan mengundang 150 pembicara. Pengikut kanal media sosial Pojok Iklim meningkat menjadi 5.796 pengikut Instagram dan 613 pengikut YouTube.

Pojok Iklim turut menggandeng kaum muda dalam rangka memperingati Hari Sumpah Pemuda 2020, dengan tema "Climate Change, We Pledge" yang mampu menghadirkan 70% peserta pada rentang usia 17-23 tahun.

Program WINNER yang diselenggarakan oleh Kedutaan Besar Belanda di Jakarta ini merefleksikan sejarah panjang kolaborasi dalam kerja sama penelitian dan pendidikan. Program ini diinisiasi bersama-sama oleh Kedutaan Besar Belanda di Jakarta, Nuffic Neso, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Akademi Ilmuwan Muda Indonesia (ALMI), Dewan Riset Belanda (NWO), dan Akademi Seni dan Sains Kerajaan Belanda (KNAW).

WINNER pertama kali dilaksanakan pada 24-26 November 2020 dengan tema Achieving the Sustainable Development Goals – from knowledge to practice. Pada kesempatan tersebut, Menteri Riset dan Teknologi Indonesia dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI menjadi pembicara kunci.

WINNER kali ini didesain sebagai tindak lanjut dari Climate Adaptation Summit (CAS), Januari 2021 lalu yang mengeksplorasi bentuk-bentuk kerja sama para pihak agar adaptasi perubahan iklim memperoleh hasil nyata.

Pada acara ini juga dilaksanakan launching program Alumni Challenge yang merupakan upaya untuk meningkatkan kesadaran alumni Belanda dari Indonesia terhadap isi dan potensi Agenda Aksi Adaptasi Global, melalui ide-ide kreatif dalam rangka meningkatkan kesadaran dan kampanye agenda tersebut selama musim panas tahun ini. Dua orang pemenang akan mendapatkan masing-masing EURO 5.000. Pengumuman dimulainya program Alumni Challenge secara resmi dilaksanakan dengan penyampaian pesan pendek dan diikuti dengan hitung mundur secara virtual oleh Dr. Ruandha Agung Sugardiman, Direkur Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim yang juga alumni Belanda, dan Marcel Beukeboom, Climate Envoy of Netherlands Ministry of Foreign Affairs.

Selain Menteri LHK selaku pembicara kunci, hadir pula dalam acara WINNER kali ini adalah antara lain Menteri Infrastruktur dan Sumber Daya Air Belanda, Cora van Nieuwenhuizen, yang menyapa melalui pesan video, Duta Besar Belanda untuk Indonesia, Lambert Grijns, Duta Besar Indonesia untuk Belanda, Bapak Mayerfas, serta Climate Envoy of Netherlands Ministry of Foreign Affairs.

Menteri LHK didampingi oleh Dirjen PPI, Kepala Badan Litbang dan Inovasi, Staf Ahli Menteri Bidang Industri dan Perdagangan Internasional, Tenaga Ahli Menteri Bidang Kebijakan Pengembangan Jaringan KLN, Direktur Adaptasi Perubahan Iklim, Kepala Biro Humas, dan Kepala Bagian Kerja Sama Multilateral Biro KLN.(jpnn)


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler