Indonesia Berpotensi Jadi Pasar Online Terbesar

Jumat, 26 Agustus 2016 – 09:53 WIB
Ilustrasi. Foto: Ist

jpnn.com - JAKARTA – Indonesia ternyata menjadi pasar sangat potensial bagi pasar online. Indonesia bahkan berpeluang menjadi pasar online terbesar di kawasan Asia Tenggara.

Riset Google dan holding investasi Singapura, Temasek, menyebut nilainya bisa mencapai USD 81 miliar atau Rp 1.093 triliun pada 2025. Indonesia juga bakal menjadi tujuan utama pemodal ventura digital global.

BACA JUGA: Tiongkok Merajalela, Produsen Baja Indonesia Ogah Ekspor ke Vietnam

Hasil riset bersama dua perusahaan berskala global itu memaparkan, Asia Tenggara sebagai kawasan dengan pengguna internet terbesar keempat atau mencapai 260 juta orang saat ini memiliki nilai ekonomi sebesar USD 31 miliar.

Pada 2025, diproyeksi nilai pasar online kawasan ini meningkat menjadi USD 197 miliar. Di Indonesia, saat ini pengguna internet sudah mencapai 92 juta orang dan diproyeksi mencapai 215 juta orang pada 2020.

BACA JUGA: Perum Perhutani Punya Dirut Baru

’’Pertumbuhan di Indonesia akan secara dramatis mengubah keadaan ekonomi dalam 10 tahun ke depan,’’ kata Tony Keusgen, managing director Google Indonesia, dalam seminar e-Conomy SEA: Unlocking the USD 200 Billion Opportunity in Southeast Asia di Hotel Fairmont, Jakarta, kemarin (25/8).

Berdasar hasil risetnya, Keusgen memprediksi Indonesia menjadi kekuatan ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara. ’’Peluangnya sangat besar,’’ tuturnya. Saat ini beberapa perusahaan start-up berbasis teknologi berhasil melebarkan usahanya di kawasan Asia Tenggara.

BACA JUGA: Rupiah Makin Melemah, BI Anggap tak Ada Masalah

Keusgen menyebut Indonesia akan menjadi salah satu tujuan utama para pemodal ventura global dalam rangka pengembangan ekonomi digital baru. ’’Talenta dan engineer terbesar ada di Indonesia. Hanya tinggal bagaimana membuatnya lebih accessable,’’ ujarnya.

Salah satu bukti nyata sudah terjadi. Yaitu, ketika Go-Jek kedatangan investor global baru yang menanamkan modal sebesar Rp 7,2 triliun.

Direktur Temasek Tai Le mengungkapkan, dalam melakukan riset, pihaknya memperhatikan dua sisi, yaitu perkembangan market ritel non-online dan online. ’’Lalu, kita bandingkan antara satu negara dengan negara lain di delapan negara benchmark di Asia Tenggara,’’ tuturnya.      

Hasilnya adalah berbagai potensi di market online itu sebagai pembentukan pasar baru. Sebab, sifat pasar online yang diwakili industri e-commerce adalah lintas batas negara. ’’Itulah potensinya, dan kami lihat di Indonesia ada potensi pasar terbesar,’’ terangnya.

CEO MatahariMall.com Hadi Wenas menyatakan, tantangan terbesar ada di masing-masing start-up atau pelaku industri online itu sendiri. Pada dasarnya, start-up memang berdarah-darah di awal.

Menghabiskan energi dan finansial. Bisa jadi, kata dia, baru enam tahun kemudian, jika memang konsisten dan produknya bermanfaat, baru bisa membawa keuntungan. ’’Full of sweat, tears, and blood,’’ ujarnya, lantas tertawa.

Start-up tidak boleh sekadar gaya. Hadi menegaskan, yang bertahan dan mendapat apresiasi adalah yang model bisnisnya benar-benar membawa solusi atas hambatan atau kekurangan.

’’Bukan berpikir membuat bisnis menguntungkan. Tapi, melihat ada masalah apa yang bisa diselesaikan oleh start-up. Baru kemudian nantinya membuahkan hasil,’’ ucapnya. (gen/c17/sof/jos/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Penjelasan Bu Ani soal Pemotongan Anggaran, Tunjangan Profesi Guru?


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler