Indonesia Bisa jadi Masa Depan Lumbung Pangan Dunia

Rabu, 02 November 2022 – 18:40 WIB
Petani memanen padi di areal sawah desa Pabean udik, Indramayu, Jawa Barat, Sabtu (20/3). Foto: ANTARA/Dedhez Anggara

jpnn.com, JAKARTA - Indonesia berpotensi menjadi lumbung pangan dunia. Pasalnya, Indonesia merupakan salah satu wilayah tropika yang memiliki biodiversitas tinggi.

Keanekaragaman hayati di wilayah tropika memiliki nilai lebih dibandingkan wilayah nontropika. Ini merupakan hal yang potensial bagi ketersediaan pangan di masa depan.

BACA JUGA: Penghargaan IRRI Menjadi Bukti Lumbung Beras Indonesia Masih Aman

 "Center of gravitiy (pusat pertanian pangan) ada di tropika. Indonesia, Brasil, dan sebagian di Afrika. Itu mengapa pentingnya pertanian Indonesia," kata Associate Professor Bina Nusantara University Haryono dalam diskusi daring bertajuk "Peranan Appertani, Perguruan Tinggi, dan Penelitian Dalam Pembangunan Pertanian Masa Depan".

Menurut Haryono, sangat penting bagi Indonesia untuk mendesain pertanian berkelanjutan yang bermanfaat bukan hanya bagi manusia, tetapi juga untuk kelestarian dan kualitas lingkungan.

BACA JUGA: Food Estate Bisa Mendukung Impian Indonesia jadi Lumbung Pangan Dunia

"Kualitas, standar, inovasi produk pangan harus maju untuk kemakmuran rakyat Indonesia dan bagian dari program Feed the World," kata dia. 

Haryono mengatakan ada lima pendekatan yang bisa dilakukan untuk mendukung masa depan pertanian Indonesia.

BACA JUGA: Jaga Ketahanan Pangan, DIY Menggalakkan Program Lumbung Mataraman

Pertama, menerapkan tiga pilar pembangunan pertanian berkelanjutan.

"Pertanian masa depan itu adalah pertanian berkelanjutan. Ada tiga pilar, yaitu persoalan ekonomi, persoalan sosial, dan juga persoalan lingkungan. Tiga pilar ini menjadi dasar kita dalam membentuk, menggerakkan, dan mencapai pertanian berkelanjutan,"  sambungnya.

Kedua, menerapkan pembangunan pertanian berbasis ekoregion. Pembangunan berbasis ekoregion, kata dia, merupakan konsep perencanaan tata ruang (spatial planning) dengan mempertimbangkan jasa tata ruang pada suatu wilayah dan masyarakat yang tinggal di wilayah ekoregion tersebut.

"Menerapkan pembangunan pertanian berbasis ekoregion ini sangat penting, karena Indonesia mempunyai ekosistem yang sangat beragam," tuturnya.

Dia menyatakan ada empat dimensi pembangunan pertanian berbasis ekoregion yang harus menjadi fokus dalam pengembangannya.

"Yang perlu diperhatikan dalam penerapan kualitas dan standar (ekoregion) yaitu ekologi dan ekonomi, risiko, pengembangan wilayah, serta etika dan budaya," ujar Haryono.

 Poin ketiga dalam pendekatan pertanian masa depan adalah menerapkan kebijakan pembangunan pertanian berbasis hasil riset.

"Membutuhkan peran perguruan tinggi, sains, riset, inovasi dan teknologi," katanya. 

Selanjutnya, poin keempat, menerapkan kualitas dan standar produk pangan dan pertanian bertahap dan berkelanjutan.

"Harus ada integrasi hulu-hilir, untuk meningkatkan kualitas produk pertanian," ujar dia.

Kelima, lanjutnya, melakukan transformasi sistem pertanian konvensional menuju sistem pertanian modern.

Caranya dengan mereinvestasi infrastruktur sistem pangan dan pertanian, transformasi budaya kerja baru on farm dan off farm, transformasi kelembagaan petani berbasis korporasi, dan transformasi manajemen data, informasi dan pengetahuan.

Lalu, kata Haryono, transformasi ekosistem riset dan pengembangan keekosisteman riset dan inovasi untuk mendukung pertumbuhan ekonomi, serta transformasi digital untuk efisiensi sumber daya dan memperpendek rantai pasok pangan dan pertanian.

"Perlu membangun kolaborasi multimitra, termasuk perguruan tinggi, dalam hal kemampuan inovatif pada sistem pertanian, penerapan kualitas dan standar pertanian, khususnya dukungan standar instrumen pertanian spesifik lokasi," katanya.

Salah satu bukti Indonesia potensial menjadi lumbung pangan dunia bisa ditengok pada Agustus lalu.

Saat itu Indonesia dianugerahi penghargaan dari International Rice Research Institute (IRRI) karena program pemerintah Indonesia, melalui Kementerian Pertanian, berhasil membangun ketahanan pangan tanpa impor beras tiga tahun berturut-turut. (flo/jpnn)


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler