Indonesia dapat menghentikan pembangkit listrik tenaga batu bara pada tahun 2040 jika mendapat bantuan keuangan yang cukup dari masyarakat internasional, kata Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati.
Indonesia adalah negara dengan populasi terpadat keempat di dunia dan penghasil gas rumah kaca terbesar kedelapan dengan batu bara menyumbang sekitar 65 persen dari campuran energi yang digunakannya.
BACA JUGA: Kematian karena COVID-19 Tembus 5 Juta Jiwa, Rasa Kehilangan Dirasakan di Seluruh Penjuru DUnia
Tak hanya itu, Indonesia juga merupakan pengekspor batu bara terbesar di dunia.
Kepada kantor berita Reuters dalam kunjungannya di Glasgow, Skotlandia untuk Konferensi COP26 Sri Mulyani mengatakan hari Rabu ini (3/11) Indonesia akan mengumumkan rencana terperinci untuk beralih ke energi yang lebih bersih.
BACA JUGA: Warga Negara dan Penduduk Tetap Australia Mendarat di Sydney Setelah Aturan Perjalanan Dipermudah
Termasuk dalam upayanya adalah penghapusan penggunaan tenaga batu bara yang menjadi masalah utamanya.
Sebelumnya, Indonesia mengatakan akan menghentikan penggunaan batu bara untuk listrik pada tahun 2056, sebagai bagian dari rencana untuk mencapai emisi nol karbon bersih pada tahun 2060 atau lebih awal.
BACA JUGA: Perubahan Iklim Berdampak Pada Petani Muda Indonesia, Terutama Gagal Panen yang Besar
"Kalau kita mau maju sampai 2040, maka kita perlu dana untuk memensiunkan batu bara lebih awal dan untuk membangun kapasitas baru untuk energi terbarukan," kata Sri Mulyani.
"Itulah yang sekarang menjadi inti masalahnya dan saya sekarang sebagai menteri keuangan menghitung apa artinya menghentikan penggunaan batu bara lebih awal. Berapa biaya yang kita butuhkan?," katanya. Indonesia butuh bantuan dunia
Pekan lalu, di depan parlemen Inggris, Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengatakan jika Presiden Joko Widodo akan memajukan targetnya untuk menghapus batu bara ke 2040.
Tapi saat itu Indonesia belum mengonfirmasi rencana tersebut.
Sri Mulyani mengatakan untuk memenuhi target tersebut, Indonesia bergantung pada bantuan keuangan dari lembaga multilateral, sektor swasta dan negara-negara maju.
“Untuk Indonesia, menghentikan batu bara lebih awal akan merugikan kita, kemudian juga merugikan masyarakat, juga merugikan industri,” katanya.
"Jika semuanya dibiayai dari uang pembayar pajak tidak akan berhasil. Dunia meminta kepada kami [Indonesia], maka pertanyaannya adalah apa yang bisa dilakukan dunia untuk membantu Indonesia."
Ia juga mengatakan pengumuman yang akan dibuat hari ini akan menggeser target perubahan iklim Indonesia, yakni menjadi serangkaian rincian teknis, tak sekedar "retorika".
Sejumlah lembaga internasional, seperti Bank Pembangunan Asia dan lembaga keuangan telah menyampaikan "sangat antusias" dengan ide-ide Indonesia.
Pemerintah Indonesia juga mengatakan perlu menginvestasikan US$150 miliar hingga US$200 miliar per tahun selama sembilan tahun ke depan dalam program rendah karbon, demi memenuhi tujuannya mencapai emisi nol karbon bersih pada tahun 2060 atau lebih awal dari itu.
REUTERS
Artikel ini diproduksi oleh Hellena Souisa
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pembuangan Sampah Medis Secara Ilegal Makin Banyak di Masa Pandemi