Indonesia Butuh 500 Ribu Hektare Lahan Kedelai

Kamis, 12 September 2013 – 11:34 WIB

jpnn.com - PALEMBANG--Menteri Pertanian Suswono menilai produksi kedelai petani lokal saat ini belum bisa mengcover kebutuhan nasional. Sehingga solusinya adalah dengan cara mengimpor kedelai. Namun sayangnya, impor kedelai dimanfaatkan oleh importir untuk mengambil keuntungan sebesar-besarnya. Sehingga kenaikan harga kedelai sangat tinggi.

Suswono mengatakan, awalnya lahan pertanian kedelai di Indonesia mencapai 1,6 juta hektare. Namun beberapa tahun terakhir turun menjadi 700 ribu hektare.“Untuk mencukupi kebutuhan nasional, kita harus mengimpor kedelai,” ujarnya.

BACA JUGA: Perajin Tempe Masih Tolak Produksi

Menurutnya, kenaikan harga kedelai saat ini, dikarenakan harga di internasional juga mengalami kenaikan. Selain itu, kenaikan ini terjadi karena rupiah yang terus melamah.

“Jadi solusinya kita harus impor kedelai. Tapi importir jangan mengambil  untung besar. Juallah dengan harga wajar. Jangan mengambil keuntungan sebesar-besarnya yang tidak pada tempatnya. Sehingga menimbulkan  gejolak,” tegasnya.

BACA JUGA: Harga Gula Lokal Tak Terpengaruh Global

Suswono menambahkan, Menteri Perdagangan telah menyiapkan stok 300 ribu ton kedelai untuk kemudian didistribusikan. Sehingga mestinya, masalah kedelai ini bisa diatasi walaupun harganya belum bisa kembali normal.

“Harga diatas Rp 7.000 itu sudah bagus. Beberapa tahun lalu, harga kedelai Rp 4.500-5.000, sehingga petani tidak tertarik menanam kedelai,” tuturnya.

BACA JUGA: Konsumsi Domestik Melambat

Namun, ketika harga kedelai naik, petani tertarik untuk berlaih menanam kedelai. Padahal untuk menanan kedelai butuh waktu. “Jika saat ini petani menanam kedelai, tidak serta merta langsung panen. Kalau yang terjadi kemarau basah, juga tidak bisa produksi,” katanya.

Saat ini, lanjut dia, paling tidak dibutuhkan sekitar 500 ribu herkat lahan baru untuk kedelai.  Pasalnya, impor kedelai mencapai 2,2-2,4 juta ton pertahun.

“Kebutuhan kedelai cukup tinggi. Tapi sebagai besar daerah di Indonesia menanam kedelai hanya untuk sampingan. Sebagi contoh Jatim, petani disana lebih mengutamakan menanam tebu, padi dan jagung. Tapi ketika harga kedelai tinggi, petani mulai tertarik untuk menanam kedelai,” pungkasnya.(Ati)

BACA ARTIKEL LAINNYA... OJK Bekukan 15 Perusahaan Modal Ventura


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler