Indonesia Harus Lebih Produktif, Hindari Konflik dalam Negeri

Sabtu, 10 Oktober 2020 – 09:46 WIB
Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto dalam diskusi daring yang digelar Persatuan Insinyur Indonesia bertajuk 'Sudah Mapan Kok Sekolah Lagi' pada Jumat (9/10) malam. Foto: Screenshot

jpnn.com, JAKARTA - Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto menilai rakyat produktif dan inovatif merupakan syarat bagi negara agar bisa berkembang.

Menurut Hasto, apabila suatu negara hanya berkonflik dalam negeri sendiri, maka sulit untuk bersaing dengan bangsa-bangsa lain.

BACA JUGA: Hasto PDIP Ingin Jalan Kemakmuran Indonesia Melalui Laut

Hal itu disampaikan Hasto dalam diskusi daring yang digelar Persatuan Insinyur Indonesia bertajuk 'Sudah Mapan Kok Sekolah Lagi' pada Jumat (9/10) malam.

Karena itu, Hasto mengaku mengambil studi doktoral di Universitas Pertahanan. Dia menyadari ada anggapan publik bahwa dirinya sudah mapan, memiliki posisi bagus di politik dan telah memiliki predikat master manajemen.

BACA JUGA: Bu Risma: yang Senang Teman-teman Bonek

Meski demikian, Hasto sejauh ini merasa tak mapan, sehingga perlu terus menerus mendapatkan ilmu pengetahuan.

"Saya tidak pernah merasa mapan status quo, sehingga hidup ini terus proses belajar menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Demi mendorong sebuah kesadaran betapa Indonesia lebih butuh menjadi produktif dan inovatif dibanding berkonflik sendiri di dalam negeri," kata Hasto.

Hasto menerangkan bahwa negara yang besar pasti menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi.

"Kalau kita lihat mengapa Amerika, Eropa Barat selalu maju karena dia menguasai ilmu dasar dan tekonologi, matematika fisika kimia, maka kita harus kuasai itu," papar Hasto.

Hasto juga mengatakan Proklamator RI Bung Karno pernah menyatakan bahwa agama pun harus bersekutu dengan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal itu, menurut Hasto, tepat menjadi acuan rakyat Indonesia.

"Kita negara yang begitu kaya raya. Negara yang punya tugas sejarah menjadi pemimpin di antara bangsa-bangsa, pemimpin negarawan yang luar biasa dan itu semua melalui ide. Jadi mengubah dunia, kata Bung Karno itu, melalui tiga cara. Dengan senjata, dengan modal atau kapital, dan dengan ide," jelasnya.

Oleh karena itu, Hasto menantang para insinyur Indonesia untuk membuat sejarah bagi dunia. Namun, Hasto mengingatkan mereka jangan sampai berlaku individualistis.

Hasto menceritakan bahwa Bung Karno pernah memotivasi para insinyur Indonesia saat membangun Waduk Jatiluhur dan Kawasan Semanggi. Saat itu, Bung Karno memarahi insinyur Indonesia karena tidak ada yang mampu memprakarsai pembangunan itu.

"Bung Karno marah kemudian mengancam, saya akan datangkan orang asing kalau kamu enggak bisa. Kita merdeka melawan Belanda saja bisa, masak kamu bangun jembatan saja enggak bisa?" tutur Hasto menirukan ancaman Bung Karno.

Setelah itu, insinyur Indonesia akhirnya mengambil peran dan menemukan cara untuk penguasaan tekonologi dalam melakukan konstruksi.

Lebih lanjut Hasto berpesan kepada seluruh insinyur Indonesia agar menjalankan kampanye ilmu pengetahuan dan teknologi bagi kemajuan bangsa.

Selain itu, Hasto meminta para insinyur penting memetakan potensi negeri agar mendorong Indonesia berdikari sesuai semangat Pancasila.

"Baik pangan, kita bisa mengolah ketela kita, produksi dari CPO, energi, infrastruktur, pertahanan. Pancasila adalah sintesis peradaban dunia itu digagas secara khusus melalui perenungan yang mendalam bagi para pendiri bangsa," tandas Hasto. (tan/jpnn)

Simak! Video Pilihan Redaksi:


Redaktur & Reporter : Fathan Sinaga

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler