Indonesia Kebanjiran Dana Asing

Rabu, 06 April 2016 – 12:23 WIB
Ilustrasi. Foto: AFP

jpnn.com - JAKARTA – Indonesia mendapatkan banyak hal positif setelah Uni Eropa dan Jepang menerapkan suku bunga negatif. Ekonom Mandiri Sekuritas Leo P. Rinaldy mengungkapkan, suku bunga negatif yang diterapkan negara-negara maju tersebut membuat aliran modal masuk (capital inflow) ke Indonesia makin deras.

”Hampir USD 4 miliar secara year to date (mulai Januari 2016 hingga kini, Red). Ini karena asing lagi cari tempat investasi, salah satunya Indonesia,” ujarnya saat pemaparan Global Economic Outlook di Plaza Mandiri, Jakarta, Selasa (5/4).

BACA JUGA: Usut Tuntas Pengusaha Indonesia di Panama Papers

Menurut Leo, kebijakan moneter ke depan masih akan sangat akomodatif. Apalagi dengan negative interest rate yang tidak hanya berdampak positif kepada negara yang bersangkutan, tapi juga negara berkembang seperti Indonesia.

”Ini pertama kalinya. Dalam ilmu ekonomi pun, tidak ada istilahnya negative interest rate. Nah, sekarang ada negative interest rate di Jepang dan Eropa. Ini upaya agresif bank sentral di dunia untuk menekan inflasi dan pertumbuhan ekonomi dengan negative rate ini,” katanya.

BACA JUGA: Tax Amnesty Diyakini Pulangkan Rp 11.400 Triliun

Dia menjelaskan, Jepang dan Uni Eropa selangkah lebih maju bila dibandingkan dengan negara lain. AS mengambil langkah yang cenderung lebih quantitative easing dengan interest rate nol persen.

Tapi, menurut dia, upaya itu masih kalah maju jika dibandingkan dengan negative interest rate. ”Bank menaruh likuiditas di bank sentral malah harus bayar. Kemampuan fiskal tidak besar. Yang bisa mendorong recovery negara maju hanya upaya monetary policy,” ujarnya.

BACA JUGA: BNI Syariah Sudah Salurkan Pembiayaan Rp 228,6 M

Dampak positif kondisi global ke Indonesia, investor asing mencari tempat investasi di negara dengan interest rate tinggi. Hal itu ditandai dengan peningkatan capital inflow.

”Dana pensiun di Jepang tadinya rate positif, sekarang negatif. Interest rate kita paling tinggi, jadi menarik buat mereka. Apalagi, fundamental kita juga kuat,” jelasnya.

Akibatnya, nilai tukar rupiah secara year to date menguat empat persen karena inflow tersebut. Saat ini pertumbuhan ekonomi global masih cenderung melambat, yakni 2–3 persen.

Begitu pula yang terjadi pada negara maju seperti AS dan Tiongkok. Sedangkan pertumbuhan ekonomi Indonesia diprediksi lebih baik, yakni di kisaran 5 persen. Kendati begitu, dia mengingatkan agar pemerintah dan regulator tidak terlena.

”Kalau nanti negara-negara ini mulai recover dan kencang, sedangkan Indonesia recovery-nya nggak kencang, takutnya mereka (investor, Red) keluar. Jadi, jangan terlena, harus diperkuat,” tegas dia. (dee/c11/oki)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Alhamdulillah, Harga Minyak Indonesia Melejit


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler