JAKARTA - Pengamat politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Siti Zuhro menyatakan bahwa Bangsa Indonesia sungguhnya tidak akrab dengan reformasi. Dalam catatan perjalanan sejarah, Indonesia justru lebih terbiasa dengan revolusi.
"Dalam sejarah, Indonesia merebut kemerdekaan melalui jalan revolusi melawan Belanda, lalu direbut lagi oleh Soeharto dengan mandat Supersemar," kata Siti di gedung DPD RI, Rabu (27/2).
Pada era kepemimpinan Soekarno dan Soeharto, lanjut Siti, masing-masing memiliki gagasan besar yang hendak diperjuangkan. Revolusi menurut versi Soekarno, mengantarkan Proklamator RI itu sebagai Panglima Besar Revolusi. Sementara revolusi pembangunan sebagai slogan Soeharto, menjadikan orang kuat Orde Baru itu sebagai Bapak Pembangunan.
Namun, kata Siti, setelah Soekarno dan Soeharto tumbang, presiden-presiden yang memimpin RI di era reformasi justru nyaris tidak memunculkan ide besar.Mulai dari Presiden Habibie, Abdurrahman Wahid, Megawati dan Susilo Bambang Yudhoyono, sebut Siti, negeri ini berjalan tanpa tujuan yang jelas.
"Bahkan melalui empat kali Pemilu di era reformasi, dalam kenyataannya kita gagal menemukan pemimpin bangsa yang memiliki gagasan besar sehingga membawa babak baru perjalanan sejarah bangsa ini," ungkapnya.
Dia pun mengkritisi pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang memimpin negeri ini selama dua periode berturut-turut. Dikatakannya, periode pertama masa jabatannya tahun 2004 hingga 2009, Presiden SBY seolah secara konsisten mejaga kesantunan dan memberantas korupsi dan citra politik pribadi dan partainya.
"Masuk periode kedua jabatannya tahun 2009 hingga 2014 mendatang, setidaknya kalau kita mematok hingga awal tahun 2013 ini yang terjadi sebaliknya. Korupsi terkesan dibiarkan dan kesantunan berubah menjadi saling caci-maki dan semuanya bersumber dari internal partai politik yang dia pimpin," tegasnya.(fas/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Tuding Anas Ditungganggi
Redaktur : Tim Redaksi