Indonesia Pasar Potensial Senjata Dari Mindanao

Minggu, 15 September 2013 – 08:49 WIB

jpnn.com - JAKARTA---Konflik bersenjata di wilayah Mindanao, Filipina Selatan makin memuncak. Pasukan Moro National Liberation Front atau MNLF pimpinan Nur Missuari menggunakan warga sipil sebagai barikade. Ribuan pasukan Filipina mengepung daerah di pinggir kota Zamboanga, Filipina Selatan.

Kondisi WNI sendiri dilaporkan aman. Namun, konflik itu dapat memicu lebih banyak peredaran senjata gelap ke Indonesia. Sebab, perlintasan ke Indonesia amat luas dan tidak semuanya terawasi.

BACA JUGA: Vicky Berulah di Lapas

"Kita akui perbatasan dan perlintasan sangat luas sementara personil di lapangan terbatas," ujar Kabid Imigrasi KJRI Davao City Filipina Selatan Agung Sampurno kemarin. KJRI Davao bertanggungjawab untuk perlindungan WNI di kawasan Filipina Selatan.     

Tempat perlintasan untuk barang maupun orang,  yang lazim digunakan adalah jalur  Pulau Nunukan- Pulau Bongao. Pulau Marore - Pulau Balut. Pulau Mianggas " Pulau Tibanban dan  Pulau Halmahera- Tibanban.  Pertemuan dan transaksi biasanya dilakukan di tengah laut dan dilakukan di atas kapal.  Jalur darat menggunakan jalur Nunukan " Tawau- Samporna- Sandakan- Lahaddatu-Tawi-Tawi.     

BACA JUGA: Ancam Pecat Jika ada PNS Terlibat

Agung menjelaskan, industri senjata berkembang pesat di Filipina Selatan dan diakui oleh negara. Ada 54 tempat pembuatan senjata atau dalam bahasa lokal disebut paltik yang resmi. Produksi senjata bisa mencapai 800 ribu senjata per tahun. Senjata yang diproduksi meliputi pistol, laras panjang, peluncur granat, hingga rpg atau pemicu rudal pendek jarak dekat. Yang paling terkenal adalah produsen senjata di daerah Dano, dekat Cebu.     

Senjata itu selain dipasarkan di Filipina Selatan sendiri, juga untuk kepentingan ekspor. Pasarnya meliputi Amerika Serikat, Kanada, Itali, Thailand, Jepang. Bahkan Filipina Selatan adalah pengekspor senjata ke kelompok bersenjata Jepang, Yakuza.     

BACA JUGA: Remunerasi PNS Bakal Pakai Skema Baru

Peredaran senjata yang tercatat, ada 110.372 pistol per bulan (data resmi). Di luar data resmi diperkirakan lebih banyak karena membeli pistol sangat mudah. "Orang Filipina Selatan juga cenderung memiliki lebih dari satu senjata. Penjualan senjata ada yang legal di mall. Ada yang di industri rumahan atau home industry. Sangat mudah membeli senjata," katanya.       

Permasalahan dalam negeri di kawasan Filipina Selatan setidaknya ada tiga. Pertama, situasi politik dan keamanan Filipina yang labil dan tidak menentu. Kedua, kriminalitas dengan senjata yang berkualitas dan banyak. Lalu, lemahnya pengawasan dan penegakan hukum oleh aparat setempat.     

Hal itu bisa berdampak bagi Indonesia, terutama jika ada keturunan Indonesia yang lama tinggal di Filipina Selatan lalu pulang kampung. Mereka tidak berkeahlian dan hanya bisa dengan senjata, ujungnya ancaman kriminalitas akan meningkat.

Calon "teroris" dari Indonesia juga bisa dengan mudah sampai di kamp kamp pelatihan di Filipina Selatan. Juga, senjata-senjata gelap yang bisa digunakan untuk berbagai aksi teror.

"Kami sudah melakukan pencegahan semaksimal mungkin. Terutama berkoordinasi dengan aparat setempat," katanya. (rdl)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Tren Kepala Daerah Bermasalah Naik


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler