Staf Khusus Kepresidenan Bidang Publikasi dan Media, Zaenal A Budiyono mengatakan, kondisi perekonomian nasional itu bisa dilihat dengan indikator pertumbuhan ekonomi, tingkat investasi, demokratisasi serta berkurangnya angka kemiskinan dan pengangguran.
Menurut dia, hal ini membuat Indonesia semakin percaya diri untuk berinteraksi di dunia internasional. “Indonesia tak lagi selalu pada posisi mendapatkan, tetapi juga memberi,” kata Zaenal dalam rilis yang diterima JPNN, Rabu (20/6).
Direktur Eksekutif DCSC Indonesia itu mengatakan, jika dulu Indonesia kerap minder saat berhadapan dengan negara maju, tapi sekarang tidak lagi mengingat makin baiknya kinerja ekonomi dan demokratisasi yang terus tumbuh.
Misalnya, Seperti pada KTT G-20 di Los Cabos, Meksiko, kali ini Indonesia banyak menyumbangkan pikiran dalam mencari jalan keluar krisis Yunani dan Eropa, menyeimbangkan perdagangan dunia hingga pentingnya lebih banyak penciptaan lapangan kerja di negara berkembang.
Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono, usai pertemuan dengan Perdana Menteri Jepang, Yoshihiko Noda, di sela-sela KTT G-20 di Los Cabos, Meksiko, mengatakan, langkah Indonesia menyumbangkan pikiran dalam mencari jalan keluar krisis di beberapa negara Eropa mendapatkan jalan keluar.
Selain itu, PM Jepang juga mendukung langkah kerjasama Jakarta-Tokyo di berbagai bidang. “Di antaranya penguatan demokrasi, politik, keamanan kawasan dan sinkronisasi investasi,” jelas Presiden.
Sebelumnya, Presiden SBY juga didaulat untuk berbicara di forum B-20 atau forum yang digagas pelaku bisnis dunia. Dimana dalam kesempatan itu, SBY menyampaikan perkembangan ekonomi global, kemajuan Indonesia dan solusi dari SBY untuk krisis global.
Hal itu langsung mendapat respon positif, dimana sejumlah CEO perusahaan-perusahaan multinasional menyatakan ketertarikannya untuk masuk ke Indonesia. “Bahkan banyak perusahaan yang baru pertama kali menjalin bisnis di tanah air. Ini tentu psotif, karena mereka melihat Indonesia sebagai oportunity di kawasan Asia Tenggara”, tambah Presiden.
Tak mengenal lelah, SBY terus berdiplomasi dengan negara-negara sahabat. Beberapa saat setelah speech di B-20, SBY dan koleganya yaitu PM Meksiko, Felipe Calderon, Presiden Chile, Sebastian Pirera dan Putri Maxima dari Belanda sepakat untuk menggaungkan financial inclusion.
Yaitu skema baru keuangan dunia, dimana akses usaha kecil dan menengah terhadap dana perbankan makin diperluas. Indonesia sejatinya sudah punya pengalaman dengan skema kredit UKM dimaksud, seperti yang ada dalam KUR, dimana program ini mampu menjangkau banyak pelaku usaha mikro.
Presiden SBY sangat yakin fasilitas keuangan untuk pelaku usaha mikro akan baik dan dapat dipertanggungjawabkan. “Apalagi kredit macet yang sempat menghantui pelaku bisnis besar di masa lalu, ternyata tak berlaku di KUR untuk UKM. Non Performing Loan (NPL) kredit mirko yang dilaporkan ke saya kurang dari 2 persen, ini tentu hasil yang positif”, ujarnya.(boy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Cari Laba Harus dari Bisnis Utama
Redaktur : Tim Redaksi