Indonesia Siapkan Observasi dan Antisipasi Kebijakan AS

Selasa, 24 Januari 2017 – 10:53 WIB
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati saat menyampaikan materi kuliah umum di Gedung AAC, Dayan Dawood, Universitas Syiah Kuala, Darussalam, Banda Aceh, Kamis (5/1). Foto: ISHAK MUTIARA/RAKYAT ACEH/JPNN.com

jpnn.com - jpnn.com - Volume perdagangan Indonesia dengan Amerika Serikat (AS) memang tidak terlalu besar.

Namun, itu tidak berarti Indonesia akan terhindar dari dampak kebijakan proteksionis Presiden AS Donald Trump.

BACA JUGA: BI Langsung Sosialisasikan Rupiah Baru di Daerah

Dampak tidak langsung akan merembet lewat Tiongkok, mitra dagang raksasa yang selama ini membuat AS menderita defisit perdagangan.

Menko Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, pemerintah akan mengantisipasi upaya proteksionisme yang dilakukan Negeri Paman Sam.

BACA JUGA: Banyak Pihak Swasta Incar Berinvestasi Infrastruktur

Darmin menyatakan, Indonesia tidak bersaing langsung dengan AS.

”Tapi, kalau (AS) dengan Tiongkok barangkali banyak sehingga dampak tidak langsungnya (ke Indonesia, Red) ada,” papar Darmin di kantornya kemarin (23/1). Saat ini, Tiongkok adalah mitra dagang terbesar Indonesia.

BACA JUGA: Tingkatkan Konektivitas, Kemenhub Gandeng Bank Mandiri

Mantan Gubernur Bank Indonesia (BI) itu menambahkan, yang akan terdampak langsung adalah pasar keuangan.

Menkeu Sri Mulyani Indrawati menyatakan, pemerintah segera melakukan sejumlah observasi dan langkah antisipasi terhadap seluruh arah kebijakan Trump. Dia menguraikan, berdasar pidato yang disampaikan presiden ke-45 AS tersebut, pemerintah Amerika akan mengutamakan kepentingan negaranya.

Hal tersebut bisa saja bertentangan dengan sejumlah kebijakan global.

”Ini artinya akan diterjemahkan dalam kebijakan perdagangan, investasi luar negeri, dan di dalam kebijakan lain yang biasanya dulu Amerika menggunakan seluruh institusi sumber dayanya ataupun pengaruh hard policy sampai soft policy-nya di dunia,” paparnya.

Meski kini bukan lagi satu-satunya pemain penting ekonomi global, Negeri Paman Sam tetap saja memegang kunci utama lembaga-lembaga keuangan dunia.

AS merupakan pemilik saham terbesar di Bank Dunia. Pengaruh AS ke lembaga-lembaga ekonomi lain juga masih besar.

Sri menekankan, pemerintah akan mengantisipasi dua hal. Yakni, arah kebijakan AS dan reaksi pasar.

Sebab, keduanya cukup memengaruhi kondisi ekonomi domestik.

Dia menguraikan, pemerintah harus memperkuat ekonomi dalam negeri sehingga tidak mudah terpengaruh reaksi pasar.

”Pada saat seluruh investasi dunia menurun, Januari ini investasi di dunia melemah, kita harus menjaga momentum investasi yang butuh komitmen jangka panjang,” imbuhnya. (ken/rin/dee/c10/sof)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Penggemukan Sapi Metal Lebih Menjanjikan


Redaktur & Reporter : Ragil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler