JAKARTA - Pengamat politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Ikrar Nusa Bhakti mengatakan proses demokrasi di Indonesia sudah tertular penyakit Amerikanisasi politik. Termasuk proses pemilu presiden.
"Indonesia ini benar-benar sudah terjangkiti Amerikanisasi Pemilu. Lihat, apa yang ada di Amerika Serikat (AS), semuanya juga dilakukan di sini, mulai dari sistem pemilunya, lalu ada survey, quick count, sampai konvensi calon presiden (Capres),” kata Ikrar Nusa Bhakti, dalam diskusi “Mencari Pemimpin Bangsa”, di gedung DPD, komplek Parlemen, Senayan Jakarta, Jumat (12/4).
Salah satu proses yang ideal lanjutnya, adalah soal konvensi Capres, seperti yang dilakukan Partai Republik dan Partai Demokrat di AS.
"Menyangkut soal konvensi Capres yang akan digelar Partai Demokrat (PD), kita harus hati-hati. Masalahnya, posisi PD saat ini, mirip dengan apa yang dirasakan Partai Golkar diakhir masa orde baru atau kemunculan era reformasi,” ungkapnya.
Dulu Akbar Tandjung berusaha membangun Golkar baru untuk mendongkrak kembali elektabilitas Golkar. Sehingga perlu menggelar konvensi Capres. Hal ini, kata Ikrar, untuk menjaring keinginan, yakni apa yang dipilih Partai Golkar juga menjadi keinginan masyarakat.
“Hal seperti ini juga menjadi tantangan berat bagi PD. Makanya, orang yang menang nanti dalam konvensi Capres bisa menaikkan elektabilitas yang cukup tinggi. Namun demikian ini jadi tergantung dari mekanisme konvensi tersebut,” ujarnya.
Ikrar mengingatkan jangan sampai konvensi Capres PD ini hanya sekedar menjadi alat saja. “Atau menjadi bagian dari political marketing PD. Seperti yang dulu dilakukan Partai Golkar. Saya khawatir, konvensi Capres PD hanya lebih sekadar restorasi image atau pemulihan citra partai semata,” tegasnya. (fas/jpnn)
"Indonesia ini benar-benar sudah terjangkiti Amerikanisasi Pemilu. Lihat, apa yang ada di Amerika Serikat (AS), semuanya juga dilakukan di sini, mulai dari sistem pemilunya, lalu ada survey, quick count, sampai konvensi calon presiden (Capres),” kata Ikrar Nusa Bhakti, dalam diskusi “Mencari Pemimpin Bangsa”, di gedung DPD, komplek Parlemen, Senayan Jakarta, Jumat (12/4).
Salah satu proses yang ideal lanjutnya, adalah soal konvensi Capres, seperti yang dilakukan Partai Republik dan Partai Demokrat di AS.
"Menyangkut soal konvensi Capres yang akan digelar Partai Demokrat (PD), kita harus hati-hati. Masalahnya, posisi PD saat ini, mirip dengan apa yang dirasakan Partai Golkar diakhir masa orde baru atau kemunculan era reformasi,” ungkapnya.
Dulu Akbar Tandjung berusaha membangun Golkar baru untuk mendongkrak kembali elektabilitas Golkar. Sehingga perlu menggelar konvensi Capres. Hal ini, kata Ikrar, untuk menjaring keinginan, yakni apa yang dipilih Partai Golkar juga menjadi keinginan masyarakat.
“Hal seperti ini juga menjadi tantangan berat bagi PD. Makanya, orang yang menang nanti dalam konvensi Capres bisa menaikkan elektabilitas yang cukup tinggi. Namun demikian ini jadi tergantung dari mekanisme konvensi tersebut,” ujarnya.
Ikrar mengingatkan jangan sampai konvensi Capres PD ini hanya sekedar menjadi alat saja. “Atau menjadi bagian dari political marketing PD. Seperti yang dulu dilakukan Partai Golkar. Saya khawatir, konvensi Capres PD hanya lebih sekadar restorasi image atau pemulihan citra partai semata,” tegasnya. (fas/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kiai NU Larang Yenny Gabung Demokrat
Redaktur : Tim Redaksi