JAKARTA - Kematian paman dan keponakan akibat flu burung di Jakarta benar-benar membuat cemas Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Jumat, (20/1) mereka menggelar rapat koordinasi lintas kementerian untuk menghalau penyebaran penyakit yang disebabkan virus H5N1 itu.
Datangnya musim penghujan dikhawatirkan menjadi salah satu pemicu penyebaran virus ini. Usai rapat Menkes Endang Rahayu Sedyaningsih memaparkan, kasus kematian ASR, balita lima tahun asal Tanjung Priok, Jakarta sudah dinyatakan positif disebabkan karena flu burung. Endang mengatakan, pernyataan balita ini meninggal karena positif terjangkit H5N1 baru diketahui dua hari lalu.
Padahal, Sejak dia sudah menjalani perawatan di RS Persahabatan, Jakarta sejak Sabtu dua pekan lalu (7/1). Setelah mengalami sesak nafas pada 13 Januari lalu, ASR dinyatakan meninggal 16 Januari dini hari.
Endang mengatakan, pada pemeriksaan tiga hari pertama, dokter menyatakan ASR negatif flu burung. Endang berkilah jika pada waktu itu mungkin dokter kurang dalam memeriksa sampel lendir di dada korban. Sehingga, tidak menemukan adanya H5N1 di lendirnya. "Dia tidak batuk dan pilek," katanya. Dari kasus ini, Endang mengatakan tidak ada keselahan prosedur penanganan oleh pihak rumah sakit.
Kematian ASR ini adalah kasus kematian akibat flu burung di Jakarta dan di seluruh Indonesia pada tahun ini. Sebelumnya, paman ASR, Puguh Dwi Yanto menghembuskan nafas terakhir akibat terjangkit H5N1 pada Sabtu 7 Januari. Setelah dinyatakan tewas, tim medis menetapkan pria 23 tahun ini positif terjangkit flu burung.
Endang mengatakan, ASR dan pamannya ini tinggal satu rumah. Melihat rekaman masa inkubasi yang hampir berdekatan, Endang ASR tidak tertular pamannya atau sebaliknya. Melainkan, dua korban meninggal ini sama-sama tertular unggas yang sama. "Mereka tinggal serumah. Juga sering diajak main burung bareng," tutur Endang.
Posisi kandang unggas yang ada di rumah ASR dan pamannya ini menempel dengan rumah. Tetapi, setelah ditindaklanjuti belum ada laporan anggota keluarga lainnya yang terjangkit H5N1. Dengan kondisi ini, Endang berharap masyarakat lebih mewaspadai faktor resiko penyebaran virus H5N1. Diantaranya, mengandangkan unggas peliaraan, tidak memegang unggas yang mati mendadak, serta rajin mencuci tangan dengan sabun.
Kasus kematian akibat flu burung dalam satu rumah ini, menurut Endang menjadi klaster flu burung pertama 2012. "Tetapi tidak klaster betul," katanya.
Endang mengingatkan, dalam dua kasus kematian ini, tim memastikan tidak ada penularan dari manusia ke manusia. Virus H5N1 masih ditularkan oleh unggas kepada manusia. "Virus di kita belum bermutasi," tuturnya.
Menurut Endang, logistik untuk mempersiapkan penyebaran flu burung dalam kondisi cukup. Diantaranya adalah cadangan 1 juta dosis oseltamivir. Selain itu juga perbaikan sarana di seratus rumah sakit rujukan flu burung seluruh Indonesia. Obat oseltamivir yang berguna untuk menekan perkembang biakan (replikasi) virus H5N1 dalam tubuh disediakan cuma-cuma di berbagai fasilitas layanan medis.
Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2-PL) Kemenkes Tjandra Yoga Aditama mengatakan, WHO melansir selama kurun 2012 ini (1-20/1) sudah ada tujuh kasus meninggal akibat flu burung di seluruh dunia. Posisi pertama diduduki Mesir dengan tiga kasus, Indonesia dua kasus, serta Tiongkok dan Kamboja masing-masing satu kasus.
Sementara itu, Menko Kesra Agung Laksono menuturkan, masyarakat dan pemerintah harus lebih mewaspadai keberadaan flu burung ini. Apalagi sebagian besar wilayah Indonesia memasuki musim penghujan. Menurutnya, cuaca yang lembab berpotensi membuat virus ini menyebar.
Menurut Agung, persoalan flu burung bisa berpotensi menggangu perekonomian. Diantaranya, bisa membuat orang asing takut masuk Indonesia untuk menjalankan bisnisnya. Namun, secara keseluruhan Agung mengatakan Indonesia mampu mengendalikan penyebaran flu burung. "Bisa dilihat kasusnya terus menurun setiap tahun," ucap dia. (wan)
Catatan Kasus Flu Burung Sejak 2003 Sampai 16 Maret 2011
Indonesia : 174 kasus, 144 meninggal (Di antaranya di pulau Jawa, Sumatera, Sulawesi, dan Bali) Kamboja : 13 kasus, 11 meninggal Thailand : 25 kasus, 17 meninggal Myanmar : 1 kasus, 0 meninggal Vietnam : 119 kasus, 59 meninggal Lao People?s Democratic Republic : 2 kasus, 2 meninggal Tiongkok : 40 kasus, 26 meninggal Bangladesh : 2 kasus, 0 meninggal Pakistan : 3 kasus, 1 meninggal Azerbaizan : 8 kasus, 5 meninggal Irak : 3 kasus, 2 meninggal Turki : 12 kasus, 4 meninggal Mesir : 130 kasus, 44 meninggal Djibouti : 1 kasus, 0 meninggal Nigeria : 1 kasus, 1 meninggal
Catatan:
Sepanjang 2011 ada 11 kasus korban meninggal positif flu burung di Indonesia. Sepanjang 2011 ada 60 kasus meninggal flu burung di dunia. Kasus paling besar di Indonesia terjadi 2006. Ada 55 kasus, 45 meninggal.
Sumber : WHO dan Kementerian Kesehatan
BACA ARTIKEL LAINNYA... Menakertrans: Tenaga Outsourcing Harus Terjamin
Redaktur : Tim Redaksi