JAKARTA - Pemerintah mewaspadai kasus merebaknya virus flu burung jenis baru (H7N9) yang ditemukan di Tiongkok. Virus tersebut lebih mematikan dibandingkan jenis lama, yaitu H5N1. Kesiagaan harus ditingkatkan karena potensi penularan lintas negara masih cukup besar.
Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi mengatakan, saat ini seluruh negara, khususnya di sekitar Tiongkok, tengah siaga mengahadapi penularan virus mematikan tersebut. "Pemerintah meminta agar semua pihak meningkatkan kewaspadaan, terutama terkait pengamanan unggas," kata Nafsiah di Jakarta, Minggu (7/4).
Dia mengatakan, kemampuan Indonesia dalam menghalau menghalau penyebaran virus flu burung jenis H5N1, harus ditingkatkan lagi. Dari pengecekan awal terhadap sampel flu burung, menurut Nafsiah, saat ini belum ditemukan mutasi virus H7N9 di tanah air.
Nafsiah meminta seluruh unggas, baik itu piaraan maupun ternak, harus mendapatkan vaksin. Dokter anak tersebut mengatakan, upaya mencegah penyebaran jenis baru virus flu burung itu juga harus didukung pemerintah daerah "Pemda harus lebih aktif memantau kondisi di lapangan," katanya.
Perusahaan farmasi juga diminta turut aktif. Nafsiah meminta PT Bio Farma segera melanjutkan produk vaksin virus flu burung.
Saat ini jumlah kasus penularan jenis baru virus flu burung di Tiongkok mencapai 18 orang. Enam orang diantaranya dikabarkan meninggal dunia. Penderita diduga kuat terpapar virus flu burung karena kontak langsung dengan unggas.
Belum ditemukan fakta ada penularan antarmanusia. Badan administrasi obat dan makanan Tiongkok telah menyetujui penggunaan obat suntik anti-influenza. Obat itu disebut Peramivir dan diproduksi oleh BioCryst, salah satu perusahaan bioteknologi dari Amerika Serikat.
Direktur Informasi dan Media Kementrian Luar Negeri P.L.E Priatna mengatakan, hingga kini Indonesia belum merasa perlu menerapkan travel warning. "Kasusnya masih bersifat lokal dan belum ada ada warga asing yang terjangkit. Kita berpengalaman saat ada virus SARS (infeksi pernafasan akut) di Hongkong," kata Priatna. (wan/sof)
Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi mengatakan, saat ini seluruh negara, khususnya di sekitar Tiongkok, tengah siaga mengahadapi penularan virus mematikan tersebut. "Pemerintah meminta agar semua pihak meningkatkan kewaspadaan, terutama terkait pengamanan unggas," kata Nafsiah di Jakarta, Minggu (7/4).
Dia mengatakan, kemampuan Indonesia dalam menghalau menghalau penyebaran virus flu burung jenis H5N1, harus ditingkatkan lagi. Dari pengecekan awal terhadap sampel flu burung, menurut Nafsiah, saat ini belum ditemukan mutasi virus H7N9 di tanah air.
Nafsiah meminta seluruh unggas, baik itu piaraan maupun ternak, harus mendapatkan vaksin. Dokter anak tersebut mengatakan, upaya mencegah penyebaran jenis baru virus flu burung itu juga harus didukung pemerintah daerah "Pemda harus lebih aktif memantau kondisi di lapangan," katanya.
Perusahaan farmasi juga diminta turut aktif. Nafsiah meminta PT Bio Farma segera melanjutkan produk vaksin virus flu burung.
Saat ini jumlah kasus penularan jenis baru virus flu burung di Tiongkok mencapai 18 orang. Enam orang diantaranya dikabarkan meninggal dunia. Penderita diduga kuat terpapar virus flu burung karena kontak langsung dengan unggas.
Belum ditemukan fakta ada penularan antarmanusia. Badan administrasi obat dan makanan Tiongkok telah menyetujui penggunaan obat suntik anti-influenza. Obat itu disebut Peramivir dan diproduksi oleh BioCryst, salah satu perusahaan bioteknologi dari Amerika Serikat.
Direktur Informasi dan Media Kementrian Luar Negeri P.L.E Priatna mengatakan, hingga kini Indonesia belum merasa perlu menerapkan travel warning. "Kasusnya masih bersifat lokal dan belum ada ada warga asing yang terjangkit. Kita berpengalaman saat ada virus SARS (infeksi pernafasan akut) di Hongkong," kata Priatna. (wan/sof)
BACA ARTIKEL LAINNYA... PKB Penuhi Syarat 30 Persen Perempuan
Redaktur : Tim Redaksi