Industri Energi Terbarukan Diperkirakan Makin Baik Tingkat Keandalannya

Senin, 25 Januari 2021 – 21:30 WIB
Kebijakan dan program pengembangan energi baru terbarukan (EBT). Foto tangkapan layar

jpnn.com, JAKARTA - Peningkatan pemanfaatan energi terbarukan berperan penting untuk penurunan emisi karbon, dan sangat strategis untuk mitigasi perubahan iklim.

Selain itu, peningkatan pemanfaatan energi terbarukan juga mendukung pemulihan ekonomi dampak COVID 19.

BACA JUGA: Energi Baru Terbarukan Mestinya Disubsidi Pemerintah

Prospek energi terbarukan tersebut dibahas dalam Webinar Catatan Awal Tahun 2021 dengan tema 'Prospek Energi Terbarukan pada 2021: Tantangan dan Peluangnya di Indonesia', yang digelar Yayasan Perspektif Baru (YPB) pada Senin (25/1).

Direktur Aneka Energi Baru dan Energi Terbarukan Harris mengatakan perkembangan teknologi energi terbarukan semakin lama semakin bagus dengan cost semakin menurun dan tingkat keandalan semakin baik.

BACA JUGA: Divonis 7 Bulan Penjara, Catherine Wilson Bilang Begini

Hal ini kata dia menjadi dasar untuk memaksimalkan energi terbarukan. Kita juga punya potensi besar. Dari 400 ribu MW kita baru pakai sekitar 10.467 MW atau 2 persen.

“Hingga 2030 diharapkan ada tambahan 16.800 MW komposisi paling banyak PLTA, PLTS dan PLTP. Yang lain menyesuaikan. PLTS mudah dipasang hanya setahun-dua tahun dan harganya semakin turun. Ini sangat strategis untuk dikembangkan ke depan," ujar Agus.

BACA JUGA: Diprotes Netizen Karena Mengaku Ustaz, Aldi Taher Merespons Begini

"Kami sedang proses PLTS Terapung Cirata dengan kapasias 145 MW dan sudah bisa dilakukan waterbreaking. PLTS atap sudah ada 3.000 pelanggan yang sudah memasang termasuk di ESDM dengan terbesar Coca Cola Amatil 7,2 MW yang merupakan terbesar di Asia Tenggara,” imbuh Agus.

Sedangkan, Ketua Umum Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia Surya Darma menilai Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) Indonesia sebenarnya sudah bagus untuk energi terbarukan, tinggal menunggu bagaimana sikap dari para investor.

Namun, perlu diingat juga Lebih dari 90 persen energi kita dari fosil terutama dari batu bara.

Batu bara meningkat sangat signifikan beberapa tahun terakhir dari 15 persen menjadi 60 persen. Fosil sebagian besar kita impor. Ini menjadi tantangan terutama dengan keterbatasan kita dari sisi dana dan SDM.

Energi terbarukan seperti Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) mampu mengurangi banyak emisi karbon.

Misalnya, PLTA Batang Toru berkapasitas 510 MW di Tapanuli Selatan, Sumatera Utara diatur untuk berkontribusi pada pengurangan emisi karbon sekitar 1,6 juta ton per tahun atau setara dengan kemampuan 12 juta pohon menyerap karbon.

Data dari Direktorat Jenderal EBTKE menunjukkan bahwa penurunan CO2 dari sektor energi sebesar 64,4 juta Ton CO2 dari target 58,0 juta Ton CO2.

Itu dicapai melalui pemanfaatan EBT 53%, penerapan efisiensi energi 20%, penggunaan bahan bakar fosil rendah karbon 13%, pemanfaatan teknologi pembangkit bersih 9% dan kegiatan reklamasi pasca tambang 4%.

Capaian penurunan emisi GRK sektor ESDM ini merupakan wujud komitmen nasional dalam penurunan emisi sesuai Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2016 tentang Pengesahan Paris Agreement to UNFCCC dan Perpres No 61 Tahun 2011 tentang RAN-GRK.(chi/jpnn)


Redaktur & Reporter : Yessy

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler