Industri Manufaktur Menggeliat di Masa Pandemi COVID-19

Rabu, 23 September 2020 – 18:55 WIB
PKSP Universitas Nasional bekerja sama dengan CIDES menggelar webinar bertema 'Strategi Menyelamatkan Industri Manufaktur di Tengah Kondisi Pandemi Covid 19', di Jakarta, Rabu (23/9). Foto: PKSP Unas

jpnn.com, JAKARTA - Rektor Institut Tekhnologi dan Bisnis Ahmad Dahlan (ITB-AD) Mukhaer Pakkana menilai, sektor industri manufaktur nasional memiliki kesempatan bangkit di saat masa pandemi Covid 19.

Pasalnya, selera masyarakat kini terlihat lebih cenderung menyukai produk-produk lokal.

BACA JUGA: Misumi Genjot Pasar e-Commerce Industri Manufaktur di Indonesia

"Hasil survei Mckinsey menunjukkan 69 responden cenderung menggunakan produk lokal selama masa pandemi,” ujar Mukhaer pada webinar berthema 'Strategi Menyelamatkan Industri Manufaktur di Tengah Kondisi Pandemi Covid 19' di Jakarta, Rabu (23/9).

Webinar kali ini digelar Pusat Studi Kajian Sosial dan Politik (PKSP) Universitas Nasional bekerja sama dengan Center for Information and Development Studies (CIDES).

BACA JUGA: Tingkatkan Investasi di JIIPE, Pelindo III Ajukan Izin KEK Teknologi dan Manufaktur

Menurut Mukhaer, kontribusi industri manufaktur Indonesia terus menurun terhadap produk domestik bruto. Dari hanya 28 persen pada 2008, hanya tinggal 17 persen pada 2019 lalu.

Pemicunya, antara lain perubahan pola belanja masyarakat.

BACA JUGA: Kemenperin Dorong Manufaktur Kembangkan Sepeda Listrik Nasional

“Kembangkan ekonomi 'dari kita, oleh kita dan untuk kita dengan berbasis community marketplace,” ujar Mukhaer.

Mukhaer juga menyarankan upaya lain yang perlu diambil pemerintah untuk mengangkat industri manufaktur.

Yaitu, mengoptimalkan instrumen lembaga keuangan lokal berdasarkan local wisdom. Seperti koperasi, LKM, kelompok arisan dan sebagainya.

Untuk mengganti ketergantungan pada produk-produk impor, Mukhaer menyarankan dilakukan pengembangan industri substitusi impor.

Karena bisa menghemat devisa, dan juga sudah banyak industri substitusi impor nasional yang kualitas produksinya tidak kalah dengan produk impor.

Pandangan senada dikemukakan Manufacturing Director PT Solusi Bangun Indonesia Tbk Lilik Unggul Raharjo.

"Pandemi COVID-19 telah menurunkan proyeksi GDP (Gross Domestic Product) masing-masing negara, tetapi kami optimistis industri manufaktur akan kembali tumbuh di 2021,” ucap Lilik.

Sementara itu, Business Development Indonesia Packaging Federation (IPF) Ariana Susanti menyampaikan kabar gembira.

Menurutnya, industri packaging menunjukkan pertumbuhan yang menggembirakan di masa pandemi Covid 19. Hal tersebut tidak terlepas dari berkembangnya ekonomi digital.

“Porsi ekonomi digital Indonesia menjadi yang terbesar di Asia Tenggara pada 2025, diproyeksi mencapai 133 miliar dollar AS atau Rp 1.826 triliun,” ucap Ariana.(gir/jpnn)


Redaktur & Reporter : Ken Girsang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler