Industri Semen Indonesia & Tiongkok Berkolaborasi untuk Hemat Energi dan Ramah Lingkungan

Senin, 29 Juli 2024 – 23:15 WIB
Industri semen Indonesia dan Tiongkok sepakat kolaborasi dalam pengelolaan waste heat recovery melalui program pertukaran yang difasilitasi oleh United Nations Industrial Development Organization (UNIDO). Foto: Dokumentasi ASI

jpnn.com - JAKARTA - Industri semen Indonesia dan Tiongkok berkolaborasi dalam pengelolaan waste heat recovery melalui program pertukaran yang difasilitasi oleh United Nations Industrial Development Organization (UNIDO).

Industrial Development Officer UNIDO Yunrui Zhou mengatakan keberlangsungan dalam industri semen sangat penting.

BACA JUGA: Putusan Sementara terhadap PT EBTel Dinilai Janggal

Oleh karena itu, UNIDO memfasilitasi kegiatan berbagi pengalaman antara industri semen Tiongkok dan Indonesia tersebut.

“UNIDO mendukung terbentuknya industri semen Indonesia yang hemat energi dan ramah lingkungan, melalui kerja sama Selatan-Selatan dalam industri hemat energi dan dan ramah lingkungan (SAP 150240),” ucap Yunrui di Gran Melia, Jakarta Selatan, Senin (29/7).

BACA JUGA: Anak Karna Sobahi Diberhentikan Sementara dari ASN Lantaran Terjerat Kasus Korupsi

Acara itu merupakan kerja sama Kementerian Perindustrian dan Perdagangan Tiongkok, Kementerian Perindustrian Republik Indonesia, dan Asosiasi Semen Indonesia (ASI).

Yunrui menjelaskan Tiongkok memiliki industri semen yang unggul dan sudah hemat akan bahan dan energi.

BACA JUGA: MotoGP 2024: Pimpin Klasemen Sementara, Bagnaia Tak Ingin Lengah

Selama ini, sektor semen sangat boros bahan dan energi. Padahal, jika panas buangan dapat diakumulasikan dan digunakan kembali dalam produksi berikutnya, biaya penanganan limbah dan energi untuk produksi semen akan berkurang.

Proses pemulihan limbah panas terdiri dari dua, yakni pra-pemrosesan dan ko-pemrosesan.

Pra-pemrosesan mengacu pada penyiapan limbah agar sesuai untuk ko-pemrosesan dalam tanur semen.

“Limbah diubah dari bahan buangan yang tidak diinginkan menjadi sumber daya yang berguna yang disebut AFR atau bahan bakar dan bahan baku alternatif, yang dikenal sebagai bahan bakar padat yang dipulihkan,” tuturnya.

Kondisi ini memungkinkan dapat digunakan untuk mengganti bahan bakar primer yang digunakan di antaranya batu bara, gas, dan petroleum coke.

“Melalui program ini, kedua negara dapat berkolaborasi dan berbagi pengetahuan dan sumber daya,” kata Yunrui.
Kepala Badan Standardisasi dan Kebijakan Jasa Industri (BSKJI) Andi Rizaldi menyambut baik kolaborasi kedua negara tersebut.

Menurut Andi, perlu adanya kolaborasi antarnegara agar dapat menurunkan emisi pada sembilan sektor yang ada.

“Kita bisa bertukar pikiran dengan industri di Tiongkok. Apalagi industri semen di Tiongkok cukup maju, yakni peringkat keenam. Kita bisa berkolaborasi dalam menurunkan limbah,” ucap Andi.

Ketua ASI Lilik Unggul Raharjo juga menyambut positif program pertukaran pengetahuan dan pengalaman tersebut karena sesuai dengan visi misi asosiasi terkait dekarbonisasi.

Ada sejumlah inisiatif untuk dekarbonisasi yang dilakukan ASI, yakni meningkatkan efisiensi pemakaian energi, memproduksi semen ramah lingkungan, mengubah penggunaan bahan bakar fosil ke energi alternatif.

“Saat ini, kami punya peta jalan dan jika dibandingkan 2010, kita sudah mengalami penurunan emisi dari 730 CO per kilogram turun sekaran menjadi 620 CO per kilogram,” kata Lilik. (mcr4/jpnn)


Redaktur : M. Kusdharmadi
Reporter : Ryana Aryadita Umasugi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler