jpnn.com, JAKARTA - Ekonom dan Direktur Center of Reform on Economics (Core) Piter Abdullah memprediksi inflasi di Indonesia tahun ini akan bertengger di kisaran 4,5 persen sampai 5,5 persen.
Namun, hal itu bisa terwujud jika pemerintah tidak menaikkan harga Pertalite, LPG 3 kg, dan listrik 900 VA.
BACA JUGA: Ramalan Ekonom BCA soal Tingkat Inflasi 2022, Cukup Wow!
"Tetapi kalau pemerintah menaikkan harga Pertalite, LPG 3 kg, dan listrik 900 VA, inflasi akan lebih tinggi di atas enam persen," katanya kepada Antara di Jakarta, Senin.
Piter menuturkan sejauh ini pemerintah sudah berupaya menjaga inflasi dengan mempertahankan subsidi untuk energi yang harganya sudah naik di tingkat global, meskipun kebijakan tersebut meningkatkan beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
BACA JUGA: Waspada Inflasi Makin Menanjak, Indef Sebut BI Harus Segera Bergerak
"Bank Indonesia juga menahan inflasi dengan melakukan pengetatan likuiditas yaitu dengan menaikkan Giro Wajib Minimum (GWM), walaupun masih menahan suku bunga acuan," katanya.
Namun, dia berpendapat Bank Indonesia akan segera menaikkan suku bunga BI 7 Day Reverse Repo Rate ketika inflasi sudah melonjak naik.
BACA JUGA: BPS Catat Inflasi Juni 2022 Sebesar 0,61 Persen, Ini Pemicunya
"Kalau melihat stand-nya BI sekarang ini saya perkirakan maksimal 50 basis poin (bps) sampai akhir tahun 2022," imbuhnya.
Badan Pusat Statistik (BPS) sebelumnya mengumumkan inflasi pada Juni 2022 mencapai 4,35 persen secara tahunan dengan inflasi inti sebesar 2,63 persen.
Sementara secara bulanan inflasi pada Juni 2022 mencapai 0,61 persen dengan komoditas cabai merah, cabai rawit, bawang merah, dan telur ayam ras sebagai penyumbang utama inflasi.
Jika inflasi bulanan dilihat berdasarkan komponen, harga bergejolak menjadi penyumbang terbesar inflasi, dengan andil 0,44 (mtm) karena kenaikan harga cabai merah, cabai rawit, dan bawang merah. (antara/jpnn)
Redaktur & Reporter : Elvi Robiatul