Info dari Menteri Bambang soal Ikhtiar Indonesia Membuat Vaksin Corona Sendiri

Kamis, 11 Juni 2020 – 21:06 WIB
Bambang Brodjonegoro. Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Kementerian Riset TeknologI/Badan Riset Inovasi Nasional (Kemenristek/BRIN) membentuk tim pengembangan vaksin nasional COVID-19. Langkah itu sebagai antisipasi atas kemungkinan lonjakan harga vaksin akibat tingginya permintaan di berbagai negara.

Menristek/Kepala BRIN Bambang PS Brodjonegoro memperkirakan harga vaksin COVID-19 yang dikembangkan perusahaan dari berbagai negara akan melonjak. Hal itu menjadi tantangan bagi Indonesia yang perlu mengimunisasi paling tidak 130 juta-170 juta penduduknya atau sekitar setengah hingga dua pertiga populasi.

BACA JUGA: Australia Mulai Uji Coba Vaksin COVID-19 ke Manusia

Namun, tidak ada jaminan Indonesia akan langsung bisa mendapatkan vaksin. Kalaupun bisa membeli langsung, ada kemungkinan harganya tidak bisa yang normal karena hukum ekonomi tentang permintaan dan pasokan.

"Bayangkan kalau hanya membeli maka harganya itu bisa melonjak apalagi kalau terlambat dalam membeli," ujar Bambang, Kamis (11/6).

BACA JUGA: Arab Saudi Kembangkan Vaksin Corona Halal

Mantan menteri keuangan itu menambahkan, saat ini pengembangan vaksin COVID-19 melibatkan seluruh kementerian terkait. Tujuannya adalah memperoleh vaksin dalam waktu relatif cepat agar tidak tertinggal dibanding negara lain.

"Kami juga mengembangkan vaksin dari Indonesia sendiri yang diharapkan akan efektif terutama untuk virus yang beredar di Indonesia," ungkap Menteri Bambang.

BACA JUGA: Mantan Menkes Siti Fadilah: Kenapa Enggak Pandeminya Dihentikan, Kita Bisa Buat Vaksin Sendiri

Berdasarkan whole genome sequencing atau pengurutan menyeluruh atas genom COVID-19, saat ini di Indonesia terdapat 13 strain virus yang telah menjadi pandemi global itu. Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman saat ini sudah mengumpulkan 7 whole genome sequencing dari COVID-19 di Jabodetabek.

Adapun Universitas Airlangga (Unair) sudah mengumpulkan 6 whole genome sequencing dari episentrum atau pusat wabah COVID-19 di Surabaya dan sekitarnya. 

Dari total 13 whole genome sequencing itu baru 2 strain yang diidentifikasi sebagai strain COVID-19 yang beredar di Eropa. Sisanya atau 11 strain lainnya dilabeli ‘others’ atau masih belum masuk kategori yang dikenali GISAID atau bank data influensa dan virus corona dunia.

"Indonesia baru menyampaikan kira-kira 13 whole genome sequencing. Itu karakter dari virus, kita submit semuanya kepada GISAID,” papar Bambang.

Lebih lanjut Bambang menjelaskan, untuk 2 strain Eropa ada di Surabaya. Menurutnya, ada sedikit perbedaan antara virus yang berkembang di Surabaya dan Jabodetabek.

“Tentunya ini akan berpengaruh terhadap vaksin yang akan dibuat," ungkap Menteri Bambang.

Oleh karena itu Bambang menegaskan, Kemenristek/BRIN mendukung dan mendanai LBM Eijkman dalam mengembangkan vaksin untuk strain COVID-19 yang menyebar di Indonesia saja.

"Pengembangan vaksin dilakukan secara paralel dalam pengertian kami tetap mengembangkan vaksin yang dari awal dikembangkan di Indonesia dipimpin Eijkman menggunakan platform yang namanya protein rekombinan," terangnya.(esy/jpnn)

Jangan Lewatkan Video Terbaru:


Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler