Info Penting dari IDI Jepara Soal Gangguan Mental ADHD Pada Anak dan Pengobatannya

Kamis, 28 November 2024 – 13:59 WIB
IDI Kabupaten Jepara memberikan edukasi terkait gangguan kesehatan ADHD, terutama sering menimpa anak. Foto: Ilustrasi/jpnn.com

jpnn.com, JEPANG - Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) atau Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktifitas (GPPH) adalah sebuah gangguan mental yang menyebabkan seseorang sulit untuk berkonsentrasi, hiperaktif, dan memiliki perilaku impulsif.

Umumnya kondisi kronis ini terjadi pada anak-anak.

BACA JUGA: Mengidap Gangguan Mental ADHD, Fuji: Bukan Aib

Di Indonesia, prevalensi ADHD pada anak sekolah diperkirakan mencapai 15 persen, yaitu 1 dari 20 anak.

Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kabupaten Jepara dengan alamat website idikabjepara.org adalah cabang dari IDI yang berfungsi sebagai organisasi profesi bagi dokter di wilayah Jepara, Jawa Tengah.

BACA JUGA: Salah Satu Penyebab Gangguan Mental Pada Anak, Ayah & Ibu Wajib Tahu!

IDI Kabupaten Jepara bertugas untuk mengkoordinasikan kegiatan dan program kesehatan di daerah tersebut.

IDI Kabupaten Jepara berperan aktif dalam bekerja sama dengan pemerintah daerah untuk melaksanakan program-program kesehatan masyarakat.

BACA JUGA: IDI Karanganyar Berbagi Tips Mengobati Wasir, Pertama Kenali Dulu Gejalanya

Saat ini, IDI Kabupaten Jepara memberikan edukasi terkait gangguan kesehatan ADHD, terutama sering menimpa anak.

Apa saja faktor penyebab terjadinya gangguan ADHD pada anak?

IDI Kabupaten Jepara menjelaskan bahwa ADHD pada anak dapat disebabkan berbagai faktor yang saling berinteraksi.

Berikut beberapa faktor utama yang berkontribusi terhadap terjadinya ADHD:

1. Faktor genetik atau keturunan

ADHD cenderung terjadi dalam keluarga.

Jika salah satu anggota keluarga, seperti orang tua atau saudara memiliki ADHD, kemungkinan anak juga mengalami kondisi yang sama lebih tinggi.

Penelitian menunjukkan gen yang diwariskan orang tua dapat berperan dalam perkembangan ADHD, meskipun mekanisme pewarisan genetik ini kompleks dan belum sepenuhnya dipahami.

2. Faktor ketidakseimbangan neurotransmitter

Beberapa penelitian menunjukkan anak dengan ADHD seringkali terkait dengan ketidakseimbangan neurotransmitter di otak, terutama dopamin.

Perubahan dalam struktur dan fungsi otak, termasuk ukuran area tertentu yang lebih kecil, juga dapat berkontribusi terhadap gejala ADHD.

3. Kebersihan lingkungan kurang baik

Paparan terhadap zat-zat kimia beracun, seperti timbal dan pestisida organofosfat selama kehamilan atau masa kanak-kanak dapat meningkatkan risiko ADHD.

Bahan kimia ini dapat mempengaruhi perkembangan sistem saraf anak.

4. Kelahiran prematur dan berat badan lahir rendah

Anak-anak yang lahir prematur atau dengan berat badan lahir rendah (BBLR) memiliki risiko lebih tinggi untuk mengembangkan ADHD.

Kondisi ini dapat mempengaruhi perkembangan otak dan fungsi neurologis.

Apa saja obat yang direkomendasikan untuk menanggulangi gangguan ADHD pada anak?

IDI Kabupaten Jepara telah melakukan penelitian lebih lanjut terkait gangguan ADHD yang sering terjadi pada anak.

Obat yang direkomendasikan untuk menanggulangi gangguan Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) pada anak bervariasi tergantung pada kebutuhan individu dan respons terhadap pengobatan.

Berikut beberapa jenis obat yang umum digunakan:

1. Obat Methylphenidate

Salah satu obat stimulan, seperti Methylphenidate.

Methylphenidate adalah obat stimulan yang bekerja dengan meningkatkan kadar neurotransmitter dopamin dan norepinephrine di otak, membantu meningkatkan konsentrasi dan mengurangi perilaku impulsif serta hiperaktif.

2. Obat Atomoxetine

Atomoxetine adalah obat non-stimulan yang bekerja dengan menghambat reuptake norepinephrine, dan meningkatkan kadar dopamin.

Ini dapat digunakan sebagai alternatif bagi anak-anak yang tidak merespons baik terhadap stimulans atau mengalami efek samping yang signifikan.

Pengobatan ADHD harus dilakukan di bawah pengawasan dokter untuk memastikan efektivitas dan meminimalkan risiko efek samping.

Selain pengobatan, terapi perilaku kognitif (CBT) dan terapi psikoedukasi juga sangat penting dalam manajemen ADHD untuk membantu anak memahami dan mengelola gejala mereka. (mrk/jpnn)


Redaktur : Sutresno Wahyudi
Reporter : Sutresno Wahyudi, Sutresno Wahyudi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler