jpnn.com - JAKARTA - Makin mahalnya bahan bakar fosil mendorong negara-negara beralih ke energi terbarukan.
Selain lebih ramah di kantong, energi non-fosil juga aman bagi lingkungan karena rendah emisi karbon.
BACA JUGA: Seusai Jajal Mobil Listrik yang Akan Digunakan Kepala Negara, Mensesneg Berkomentar Begini
Salah satu upaya lepas dari ketergantungan itu adalah penggunaan kendaraan listrik.
Namun, yang menjadi masalah adalah infrastruktur pengisian daya untuk baterai mobil listrik belum banyak tersedia.
BACA JUGA: HEXIM dan EDC Terlibat di 8 Pembangkit Listrik Mobile PLN
Melihat kondisi itu, perusahaan global pengelolaan energi Eaton meluncurkan solusi pengelolaan daya terbaru untuk mendukung transisi energi ramah lingkungan di Asia Pasifik (APAC).
Meliputi electric vehicle charging infrastructure (EVCI) serta xStorage untuk battery energy storage systems (BESS) yang dirancang khusus untuk lingkungan bisnis dan operasional.
BACA JUGA: Seusai Geber Mobil Listrik, Mensesneg Pratikno: Sedikit Canggung, Karena...
"Untuk membantu pemilik gedung dan pengembang mempersiapkan diri menghadapi peraturan dan permintaan di masa depan, kami menyediakan solusi pengelolaan daya dan pengelolaan digital EVCI yang komprehensif," kata Vice President Eaton Asia Timur Jimmy Yam dalam keterangannya, Rabu (26/10).
Menurutnya, solusi tersebut dikembangkan berdasarkan teknologi dan pengalaman Eaton di Eropa maupun Amerika.
Kemudian, disesuaikan dengan kebutuhan dan peluang di wilayah APAC.
Jajaran solusi EVCI terbaru ini membantu pengelola gedung dan operator armada kendaraan listrik mengoperasikan infrastruktur tersebut secara mudah dan fleksibel.
'Sistem daya yang fleksibel dan cerdas akan menjadi kunci untuk mewujudkan masa depan yang lebih berkelanjutan," ujarnya.
Dengan pendekatan Everything as a Grid untuk menuju transisi energi, berbagai pemangku kepentingan dapat memiliki peran dalam menghasilkan, menyeimbangkan, menyimpan dan mendistribusikan listrik yang biasanya dilakukan oleh perusahaan energi.
Misalnya, sektor perumahan, komersial dan industri, seperti data center, pabrik dan operator transportasi kendaraan listrik.
Dia menambahkan penerapan smart grids dianggap sebagai solusi untuk mengoperasikan sistem kelistrikan secara efisien dan mengurangi biaya operasional.
Di Indonesia, pemerintah telah memulai pembangunan smart grids di pulau Jawa dan menetapkan target untuk membangun lima smart grids setiap tahun hingga akhir 2024 untuk mempercepat elektrifikasi nasional.
"Selain itu juga mudah dipasang, andal dan mampu mengonversikan daya dua arah,"pungkasnya. (esy/jpnn)
Redaktur : M. Kusdharmadi
Reporter : Mesyia Muhammad