Ingat, Sejumlah Mantan Teroris Indonesia Pernah Berjuang di Afghanistan

Senin, 06 September 2021 – 23:21 WIB
Ilustrasi - Ketua MPR RI Bambang Soesatyo. Foto: Ricardo/jpnn.com

jpnn.com, JAKARTA - Ketua MPR RI Bambang Soesatyo menyebut sejumlah mantan teroris Indonesia pernah mengikuti pelatihan dan berjuang di Afghanistan.

Menurutnya, hal tersebut perlu diwaspadai munculnya gerakan di Indonesia seperti yang dilakukan Taliban di Afghanistan, menggulingkan pemerintahan yang sah.

BACA JUGA: Menteri Ramah Senyum ini Didoakan Jadi Presiden Pada Pilpres 2024

Politikus Partai Golkar yang akrab Bamsoet ini kemudian mengingatkan seluruh pihak agar waspada dan hati-hati serta meminta masyarakat memperkuat pemahaman terhadap ideologi kebangsaan Pancasila.

“Ada semacam kekhawatiran kemenangan Taliban itu dapat menjadi role model bagi kelompok radikal di Indonesia."

BACA JUGA: Presiden Jokowi Menyampaikan Kabar Baik, Jangan Euforia ya

"Kekhawatiran ini dipicu fakta-fakta beberapa mantan teroris di Indonesia pernah mendapat pelatihan dan ikut berjuang di Afghanistan,” ujar Bambang Soesatyo saat menjadi pembicara pada sesi seminar virtual yang diikuti, di Jakarta, Senin (6/9).

Menurut Bamsoet, dalam hal ini seluruh masyarakat terutama anak-anak muda perlu meningkatkan pemahaman terhadap Pancasila.

BACA JUGA: Ambisi Mengamendemen Konstitusi Pernah Berujung Kudeta

Selain itu, mewujudkan nilai-nilai Pancasila dalam aktivitas sehari-hari.

“Alat pertahanan terbaik bukan semata-mata mengandalkan tindakan represif, tetapi juga bermuatan benteng ideologi."

"Kita harus memagari anak-anak muda, warga kita dengan benteng ideologi,” ucapnya.

Dalam kesempatan itu, dia menjelaskan kemajuan teknologi informasi menyebabkan paham-paham radikal kian mudah menyusup ke pikiran masyarakat.

Pasalnya, berbagai informasi mengenai paham-paham itu dapat dengan mudah diakses lewat gawai.

“Jarak dan waktu bukan lagi hambatan dan kendala (bagi kelompok radikal menyebarkan paham-paham ekstrem),” katanya.

Dia juga menyebut seluruh rakyat Indonesia perlu mendapatkan suntikan vaksin ideologi di samping vaksinasi COVID-19.

Vaksinasi ideologi merupakan metafora untuk langkah-langkah yang dapat memperkuat kesetiaan dan pemahaman masyarakat terhadap Pancasila.

Vaksinasi ideologi, menurut Bamsoet, menjadi salah satu cara menekan penyebaran paham radikal di Tanah Air.

Paham radikal wajib diwaspadai oleh seluruh pihak, karena menurut dia, pemikiran-pemikiran yang ekstrem merupakan salah satu akar tumbuhnya terorisme di dalam negeri.

“Radikalisme merupakan embrio terorisme. Radikalisme merupakan sikap-sikap yang frontal, bahkan revolusioner yang menjungkirbalikkan nilai-nilai yang ada secara drastis lewat kekerasan dan aksi-aksi yang ekstrem,” ujar Bamsoet.

Terkait itu, dia menyampaikan pandemi COVID-19 berpotensi membantu tumbuh-kembangnya paham radikalisme di Tanah Air.

Pasalnya, pandemi menyebabkan tingkat kemiskinan dan pengangguran naik, sementara dua itu kerap jadi alasan bagi beberapa pihak untuk menerima paham radikal sebagai sebuah pelarian dan solusi instan atas masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari.

“Tantangan menghadapi radikalisme di Indonesia tidak mudah, karena tekanan dan beban kehidupan yang dirasakan semakin sulit dan berat, terutama saat pandemi ini sangat berpotensi mendorong tumbuh suburnya paham radikal sebagai solusi instan dan pelarian dari berbagai persoalan,” pungkas Bamsoet.(Antara/jpnn)


Redaktur & Reporter : Ken Girsang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler