Ingatkan Politikus Perkaya Wawasan, Bu Chusnul: Jangan Baca Doraemon

Senin, 17 Agustus 2020 – 13:36 WIB
Chusnul Mar'iyah saat menjadi pembicara pada OKE API Gelora, Sabtu (15/8). Foto: YouTube/partaigeloraid

jpnn.com, JAKARTA - Mantan Komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU) Chusnul Mari'yah mendorong para perempuan yang aktif di politik terus memperkaya wawasan dengan membaca buku.

Dosen di Universitas Indonesia itu mengatakan, aktivis politik tidak semestinya menggunakan pendekatan ala Doraemon dalam memahami berbagai persoalan bangsa dalam kehidupan sehari-hari.

BACA JUGA: Mahfud MD: Dahlan Iskan Sahabat Saya

Chusnul mengungkapkan itu dalam Orientasi Kemimpinan (OKE) API Gelora bertema Perempuan di Tengah Digitalisasi Demokrasi yang diselenggarakan Partai Gelombang Rakyat Indonesia, Sabtu (15/8).

"Yang dibaca jangan Doraemon. Kalau Anda tidak bisa membaca (narasi, red), Anda bukan pemimpin yang baik, you are not a leader," kata Chusnul.

BACA JUGA: Pernyataan Fahri Hamzah Masih Keras, Simak Baik-baik

Doraemon merupakan karakter fiksi berbentuk kucing dalam film animasi buatan Jepang. Doraemon yang memiliki kantong ajaib amat populer di kalangan anak-anak Indonesia. 

Lebih lanjut Chusnul mengatakan, aktivis perempuan di partai perlu memiliki kemampuan membaca persoalan yang dihadapi bangsa dan rakyatnya. Dengan begitu, kaum hawa bukan sekadar sebagai pelengkap untuk memenuhi syarat kuota keterwakilan perempuan dalam politik.

BACA JUGA: Merdeka! Ada API Gelora dan Orasi Fahri Hamzah untuk Peringati HUT RI

"Bagaimana Anda membangun narasi soal persoalan bangsa, sementara tidak mempunyai kemampuan komunikasi membaca. Makanya ketika ditanya wartawan, jawabannya a,i,u,e,o," ujar Chusnul.

Perempuan Indonesia, kata dia, harus sadar diri dalam meningkatkan kemampuannya dalam berpolitik. Di sisi lain, perekrutan perempuan ke partai juga perlu memikirkan sisi kualitas.

"Biasanya kalau perempuan cerdas dikatakan galak, sehingga tidak direkrut. Yang direkrut yang feminim tunduk pada kemauan pimpinan partai dan bandar. Makanya yang diambil istrinya, saudaranya, pacarnya dan orang-orang terdekat," tutur peraih gelar PhD dari University of Sydney itu.

Jika proses rekrutmen tidak berdasarkan kualitas, kata Chusnul, kaum perempuan akan skeptis terhadap politik. Perempuan, tuturnya, akan menganggap politik kotor sehingga memilih tidak terlibat di dalamnya.

"Inilah problem saat ini. Nah, Partai Gelora sebagai partai baru jangan seperti partai-partai yang sudah ada," tegas Chusnul.

Chusnul pun mengharapkan para perempuan yang menjadi aktivis partai dan politikus berani bertarung dan tidak sekadar menjadi pengikut. Menurutnya, perempuan harus percaya diri,.

"Perempuan masih dipandang sebelah mata, makanya jangan heran kalau partai politik banyak artisnya. Saya tanya kok senang banget, rupanya kalau rapat ada artis, bapak-bapak senang. Mereka direkrut karena follower-nya banyak, tetapi kalau dilihat masih kalah dengan follower-nya Puan Maharani," pungkas Chusnul.(ast/jpnn)  

Video Terpopuler Hari ini:


Redaktur & Reporter : Aristo Setiawan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler